halo aci!

halo aci!
Teater Ungu

Sabtu, 01 Desember 2012

YUDAS DAN 30 KEPING PERAK


(Renungan menjelang natal)
Yudas adalah tokoh kontroversial dari dua belas murid Yesus dalam empat injil di Alkitab. Dia adalah pribadi yang digambarkan sedemikian rupa dalam injil sebagai pengkhianat yang telah kerasukan roh iblis sehingga menyerahkan gurunya disalib dengan bayaran 30 keping perak. Tapi apakah benar orang yang berasal dari kaum zelot[1] yang terkenal dengan keradikalannya ini adalah pengkhianat? Sebenarnya masih ada perdebatan teologis yang belum selesai tentang Yudas. Apalagi ketika dipublikasikannya Injil Yudas (The gospel of Judas) dan buku penunjang lain seperti The lost gospel serta pembahasan kitab apokripa lainnya yang menjadi konsumsi massa. Iman Kristen mengalami guncangan yang luar biasa ditambah kajian sosiologi yang menggambarkan kondisi agama itu sendiri. Tetapi kita tidak akan terlalu mendalam membahas tentang posisi Yudas dalam perpektif kontradiksi teologis.
Kematian Yesus adalah konspirasi di mana Yudas (si pengkhianat), para imam, raja (Herodes), pemerintah Romawi (Pilatus), dan prajurit Romawi termasuk di dalamnya. Awalnya, oleh para imam Yesus hanya dipandang sebelah mata karena dia hanya melakukan pengajaran dan penyembuhan terhadap masyarakat. Tetapi ketika pengikut Yesus menjadi lebih besar sampai 5000 orang maka itu mempunyai konotasi menggeser posisi imam dan mengacam stabilitas pemerintahan Romawi; ini mengarah pada revolusi seperti ju ga yang digalang Musa di tanah Mesir. Oleh karena bersatunya bersatunya kaum eseni[2] (pengikut Yohanes Pembabtis) dan kaum zelot sehingga menjadi ancaman politik yang besar.
Aktivitas Yesus mulanya adalah mengkritik agama Yahudi yang telah terjebak pada ritual rutinitas dan mekanistik. Para imam telah melepas fungsi sosialnya dan bersekutu dengan pemerintahan kolonial (Romawi) dan raja bonekanya. Bait suci telah menjadi pusat aktivitas perdagangan sehingga Yesus mengingatkan bahwa ada tertulis rumah-Ku adalah rumah doa tetapi kamu jadikan sarang penyamun. Manusia telah menuhankan dirinya dengan menghakimi bahwa sesamanya lebih berdosa daripada dirinya sendiri. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Gerakan yesus di satu sisi membawa kedamaian tetapi di satu sisi membawa ancaman. Dia sendiri pernah mengatakan “jangan kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang…”
Para imam ketika merasa terancam maka mereka mulai merancangkan sebuah konspirasi pembunuhan untuk Yesus. Mereka merangkai isu bahwa gerakan Yesus adalah sesat karena sering mengkritik dan menghujat agama Yahudi (padahal yang dikritik adalah manusianya), subversif terhadap Imperium Romawi, dan ingin membangun kerajaan sendiri menggantikan Herodes. Mereka juga mulai mengadu domba masyarakat dengan menyatakan bahwa Yesus adalah penyesat/penyihir (witch) dan mencari murid Yesus yang bisa disuap. Akhirnya dengan tiga puluh keping perak konspirasi pembunuhan Yesus pun dimulai.
Walaupun Yudas dan para imam tahu dan menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus adalah benar tetapi meraka tetap bersikeras untuk menjebaknya. Semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan (tiga puluh keping perak) dan prestise sebagai orang suci utusan tuhan. Pilatus pun mencuci tangannya dan berpura-pura tidak tahu sedangkan para prajurit berdalih hanya menjalankan perintah. Setelah kematian Yesus dan terjadi keajaiban maka mereka pun menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah kesalahan. Seperti apa yang dikatakan oleh prajurit romawi ketika berada di bawah salib bahwa Yesus adalah orang benar. Dan juga ketika tabir bait suci terbelah dua maka para imam meratapi apa yang telah mereka lakukan.
Fenomena serupa pun kita bisa temukan hari ini di negara kita di mana terjadi perselingkuhan antara pemerintah, kaum borjuis, dan agama untuk menindas masyarakat dan mendiskreditkan para aktivis yang mengkritik dan memperjuangkan prinsip demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan. Pemerintah telah mengklaim secara implisit bahwa negara adalah mereka sendiri seperti ungkapan raja Prancis; l’etat c’est moi. Kaum borjuis dan kapitalis telah melupakan prinsip kemanusiaan dan mempriritaska akumulasi modal. Sementara agama juga ikut melegitimasi praktik-praktik kapitalisme dan abusement of power dari pemerintah. Memang sampai saat ini pro status quo buta warisan orde baru masih mengakar karena ‘kebijakan’ yang traumatis oleh rezim tersebut.
Hari ini gereja kristen telah menjadi sarang akumulasi modal dan memperkaya oknum tertentu dengan menggunakan otoritas ‘kudusnya’. Gereja sekarang tak lebih dari sarang penyamun di mana kepentingan duniawi yang sangat mendominasi. Yang sangat ironis ketika mereka juga membantu mengkampanyekan figur tertentu dan anti tradisi kritis serta pro status quo. Hakikat kekristenan dan pelayanan digerogoti oleh kebutuhan duniawi dan kekudusan itu sendiri termarjinalisasi. Organisasi yang membawa kepentingan agama tak lebih dari sekedar mencari keuntungan. Jika yang sacral saja sudah tidak benar di negeri ini apalagi yang profane.
Inkarnasi Yudas pun banyak beraktivitas di negeri ini di mana demi sejumlah uang mereka mau melakukan kejahatan terhadap orang benar, mengkhianati kepercayaan sendiri, demokrasi, prinsip keadilan, kemanusiaan, dan kebenaran. Mereka telah menjadi hamba uang dan menuhankan diri mereka sendiri untuk menilai apa itu baik buruk juga salah benar. Kita akan menjumpai mereka di intansi pemerintahan, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Tapi itu menurut mereka adalah kewajaran dalam dunia materi sehingga kita hanya bersandiwara untuk menjadi orang benar.
Ambil kasus tambang emas di mana pemerintah, korporasi, agama, dan kaum Yudas bersatu untuk merampas hak rakyat kecil dan kesejahteraan mereka. Tak peduli berapa besar kerugian rakyat, berapa banyak rakyat yang jadi korban yang terpenting mereka dan keluarga ‘bertumbuh’. Kesejahteraan mereka adalah prioritas tak peduli dengan cara apa yang penting mereka kaya dan tujuh generasi selanjutnya tetap merasakan itu. Dan aparat penegak hukum akan berdalih bahwa mereka hanya menjalankan tugas, sama persis seperti tentara romawi menyeret dan menyiksa Yesus. Kita bisa melihat berapa banyak aktivis yang dibunuh hanya karena ingin menegakkan keadilan dan kebenaran tetapi semua yang bertentangan dengan kepentingan kaum borjuasi (juga kaum Yudas) pasti benasib malang.
Yesus adalah teladan revolusioner sejati yang bersedia mati demi keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat manusia. Mari merenung untuk itu; pertanyakan kembali kekristenan kita.


[1] Zelot adalah sekte yahudi yang percaya bahwa pembebasan bangsa Israel dari imperium Romawi adalah dengan cara atau jalur revolusi. Sebuah gerakan yang berlandaskan  kesadaran politik untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan.
[2]Eseni adalah sekte yahudi yang percaya bahwa pembebasan kaum Israel melalui nubuatan di mana bangsa Israel akan dibebaskan oleh seorang raja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar