(Peristiwa dalam suasana natal)
Godel |
Pagi itu aku terbangun dari kemabukan. Aku menuju depan rumah dan
melihat di sekitar yang basah karena hujan semalam. Seekor anjing
berwarna antara oranye dan merah keluar dari rumput-rumputan. Anjing itu
kebasahan; kurus dan menggigil kedinginan. Ini desember tetapi aura
Natal belum terasa ataukah orang mulai jenuh dengan perayaan tahunan
ini. Natal yang dirayakan karena kelahiran seorang bernama Yesus yang
membawa ajaran tentang kasih dan damai adalah sebuah momen penting dalam
sejarah dunia. Oleh karena berabad-abad manusia selalu dihantui oleh
peperangan, kekejian, dan kebrutalan antar sesama manusia. Yesus yang
sering juga disebut raja damai adalah pionir yang mengutamakan kasih
dalam perjuangan sosial. Kelahiran Yesus amat sangat penting dalam
menentukan sejarah dunia kemudian. Walaupun kelak orang-orang yang
mengaku sebagai pengikutnya telah banyak mendistorsi ajaran-ajarannya.
Kristus, akar kata Kristen, menjadi cemar dalam wacana-wacana Islam
sebagai agama yang bermusuhan karena memiliki sejarah perang yang
panjang.
Dari atas rumah aku spontan memanggil anjing
itu dengan nama Skubi. Dia melihat ke atas dan menjulurkan lidahnya
beberapa kali. Aku turun melalui tangga dan bertemu dengannya di bawah.
Pertemuan pertama itu begitu akrab padahal anjing biasanya tidak suka
dengan orang yang baru dikenalnya. Aku mengelus kepalanya dan dia terus
menjulurkan lidahnya berusaha menjilati wajahku. Aku tersenyum. Siki,
Sinyo, dan Marpa yang mengetahui keberadaan anjing lain turun dengan
cepat dan berusaha menggigit Skubi. Mungkin anjing itu punya nama lain
tetapi aku saja yang telah member nama baru da tampaknya dia senang.
Mereka menggonggong dengan keras dan terus berusaha menyelip untuk
menggigit Skubi tapi aku terus menghalanginya. Aku memang akrab dengan
anjing-anjingku jadi aku tahu mereka cemburu jika aku menyayangi anjing
yang lain atau juga mereka khawatir jika ada anjing yang baru maka jatah
makan mereka berkurang. Aku pikir Skubi terjebak hujan semalam sehingga
aku kemudian menyuruhnya pulang ke rumahnya tetapi tampaknya dia
enggan. Dia terus saja mengajakku bermain dan berputar-putar
menggelilingi rumah. Anjing memang biasanya mengeksplorasi tempat yang
yang baru; mencium bau atau meninggalkan tanda-tanda. Aku khawatir kalau
Skubi ternyata mengidap rabies dan membahayakan orang-orang di sekitar.
Oleh karena ekornya selalu diselipkan di antara selangkangannya.
Tubuhnya kurus serta aku mendapati anjing itu memiliki kudis atau krisen (krisyeng)
yaitu semacam penyakit gatal-gatal pada anjing yang disebabkan oleh
kutu atau makanan tertentu. Jika kata Kristen diucapkan secara samar
maka akan terdengar seperti krisen. Bisa saja Kristen dan krisen sekarang identik karena kebobrokan institusi dan perilaku yang tidak lagi mencerminkan citra kristus.
Aku ingin mengusir saja anjing itu atau memukulnya sehingga dia lari
pulang ke rumahnya. Tetapi sempat beberapa kali aku merenung jika Yesus
datang dan terlahir kembali sebagai anjing krisyeng dan meminta
pengasihan apa kita akan menerima, merawat, dan memberinya makan minum.
Bisa saja Skubi adalah mesias yang datang untuk menguji imanku.
Kedatangan Yesus yang kedua kali (The second coming) adalah
sesuatu yang misterius. Kita tidak bias memastikan wujudnya seperti apa
karena entah dia datang dengan kemegahan atau kemelaratan untuk melihat
apakah umatnya akan menerima dia sesuai dengan ajarannya tentang cinta
kasih kepada sesama. Aku tersadar karena berpikir yang macam-macam. Ku
biarkan saja anjing itu dan berharap dia akan pulang dengan sendirinya
ketika dia mulai bosan karena dikejar dan berusaha digigit oleh
anjing-anjing pemilik rumah.
Hampir 2 hari Skubi belum
juga pulang ke rumahnya dan terus saja berseteru dengan
anjing-anjingku. Aku mulai lebih kasihan karena anjing itu belum makan
apa-apa dan kelihatannya dia sangat lapar. Aku membuat makanan anjing
dan seperti yang aku pikirkan bahwa jatah makan untuk anjing-anjingku
akan dikurangi untuk Skubi. Siki nampaknya sangat marah sekali karena
jatah makanannya sudah berkurang dan sama juga seperti Sinyo. Aku
memberi Skubi jatah makan dan dia tampaknya senang sekali. Tetapi aku
mengamati dia tak mampu menalan makanannya dan selalu saja ingin muntah.
Aku yakin Skubi dakala’ang; biasanya tulang ikan air tawar
penyebabnya. Tulang ikan yang tertancap di kerongkongan akan membuat
anjing sulit untuk menela makanan. Hal seperti ini juga terjadi pada
manusia khususnya anak-anak. Aku kemudian meminta beberapa teman untuk
membantu menahan Skubi agar aku bisa menumpahkan minyak kelapa ke dalam
mulutnya. Minyak biasanya menolong jika anjing sakit perut. Aku berharap
Skui bias sembuh dan bias makan. Aku berpikir kembali jika saja dia
adalah mesias maka akan ku katakan padanya jika aku dihakimi di akhirat
nanti bahwa aku pernah menolongnya. Malamnya, temanku berencana merawat
Skubi karena dia ingin membawanya pulang ke kampung halamannya. Aku tak
tahu apakah dia ingin memelihara Skubi sebagai penyayang anjing atau
untuk menjadikannya calon RW; RW adalah makanan dari daging anjing yang
diramu dengan rempah-rempah khas masyrakat Minahasa. Tetapi aku juga
menyetujui temanku itu untuk merawatnya terlepas dari tujuan yang sempat
terbayang itu. Temanku itu membeli susu untuk Skubi tetapi minum pun
sangat sulit baginya. Karena khawatir dia tidak akan bertahan lebih lama
jika tidak makan dan minum aku berencana membujuk dan memaksanya untuk
minum susu itu. Ku pegang badannya tetapi dia memberontak ku coba lagi
dan mengarahkannya ke tempat susu itu tapi dengan cepat dia berbalik dan
menggigit jari jempolku.
Aku tersenyum. Darah dari
jari jempolku keluar tapi aku tak peduli dengan rasa sakitnya. Aku hanya
tersenyum terdiam karena aku tahu jika Skubi adalah anjing yang
mengidap rabies berarti aku dalam bahaya. Umumnya orang yag digigit
anjing rabies ketika anjing itu mati dan tidak langsung dicegah virusnya
maka orang yang digigit itu juga akan mati. Tema natal yang berarti
kelahiran tiba-tiba berubah menjadi kematian. Skubi yang awalnya aku
anggap mesias kini telah menjadi malaikat maut (The Reaper).
Tetapi aku terlalu yakin aku tak bias mati hanya karena gigitan anjing
walau rabies sekalipun tetapi jika malaikat maut telah menjelma menjadi
Skubi maka apa yang bias dikata; waktuku sudah tiba. Dari pengalaman,
dalam jangka waktu tiga hari atau seminggu orang yang digigit anjing
rabies akan mati. Jadi aku mulai berpikir bahwa jika Skubi tiba-tiba
mati besok atau lusa maka aku harus siap menghadapi kematian. Tapi
sebenarnya aku memang selalu siap untuk kematian.
Besoknya aku mengajak beberapa teman untuk bepergian mengunjungi teman
lamaku di Telap. Telap adalah desa yang terletak di pinggiran Danau
Tondano dan berbatasan dengan wilayah Kakas. Pagi itu aku masih melihat
Skubi masih hidup dan tersenyum saja. Kami pergi dengan sepeda motor
yang tidak memenuhi syarat bagi kepolisian tapi buat kami yang
terpenting adalah berkendara daripada jalan kaki. Soal kelengkapannya
itu urusan polisi saja karena kegunaannya yang terpenting bagi kami.
Ketika sampai di rumah teman lamaku kami disuguhi cap tikus (minuman
beralkohol khas Minahasa) 4 botol. Ketika sementara minum aku juga
sesekali terbayang tentang Skubi dan merasakan nyeri di jari jempolku.
Karena mabuk kami tidur di rumah temanku itu dan berencana pulang
keesokan paginya. Ketika udara dingin menusuk kami terbangun dan membuat
kopi. Kami pulang mengelilingi danau dan melihat pemandangan yang indah
dan di balik kegarangan orang Minahasa tersimpan alam yang ramah.
Ketika kembali pulang beberapa temanku bilang bahwa Skubi telah mati.
Mereka menguburkannya di samping rumah. Kemudian mereka mulai
mengusulkan, degan sedikit ekspresi khawatir, supaya aku pergi ke dokter
supaya mendapat obat pencegah virus rabies. Waktu masih di rumah teman
lamaku dia juga mengatakan bahwa cap tikus bisa mencegah virus rabies.
Aku tertawa saja mendengar hal itu. Aku mungkin terlalu siap untuk mati
sehingga aku tidak panic menghadapinya bahkan aku selalu mencari
kematian tapi belum pernah bertemu. Kematian selalu melarikan diri
dariku setiap kali aku merasa sudah dekat sekali dengannya. Kematian
Skubi tidak menggangguku hari itu karena seperti keyakinanku sejak awal
bahwa gigitan anjing tidak bias membunuhku. Ketika bermain dengan
anjing-anjingku kadang aku menggigit telinga mereka sampai berteriak
kesakitan. Jika aku yang mengidap rabies maka anjing-anjingku yang akan
mati.
‘Skubi telah mati setelah menggigit jari jempol saya dan kini saya menunggu kematian saya’. Aku meng-up date status (semacam pernyataan atau catatan) di facebook
sebagai lelucon karena menurutku sangat menggelikan ketika aku harus
mati karena gigitan anjing. Beberapa orang mengomentari status di
jejaring sosial itu; ada yang prihatin ada juga yang menganggapnya
lelucon saja. Maklum, status soal kematian bukan baru kali ini ku
pajang. Aku melihat ada notifikasi di inbox facebook-ku tapi karena aku menggunakan bahasa prancis maka istilah yang digunakan adalah message.
Seorang gadis cantik bertanya soal kebenaran apakah aku memang digigit
anjing dan aku jawab itu benar terjadi. Awalnya aku anggap dia hanya
bertanya sekedar saja tapi dia terus mengusulkan agar aku cepat
berkonsultasi dengan dokter. Aku hanya memintanya untuk tenang saja dan
meyakinkan dia bahwa aku tak bias mati hanya dengan itu. Dia mendesakku
terus dan ku katakan aku menghargai kekhawatiran itu tetapi dalam chatting (discussion)
yang agak panjang itu aku terus meyakinkannya bahwa tak akan terjadi
apa-apa. Tiba-tiba dia memberiku informasi soal ciri-ciri orang yag
terkena rabies. Aku membacanya dan menemukan ternyata ada tingkatan
penyebaran virusnya. Orang yang terkena virus rabies ada stadiumnya
bahkan sampai stadium empat. Aku juga mendapati bahwa pengalaman orang
mati selang waktu tiga hari atau seminggu sesudah anjing yang menggigit
itu mati tidak mutlak karena kadang virusnya bekerja 40 sampai 50 hari
dan bahkan sampai 9 bulan. Sesudah membaca informasi itu semua ciri-ciri
dalam stadium itu ku rasakan bersamaan. Ku tutup laptopku dan menikmati
penderitaan itu dan berpikir aku akan segera mati. Tetapi dalam
menikmati penderitaan itu aku juga sempat membuat lelucon untuk diriku
sendiri. Jika aku tidak mati maka yang mungkin terjadi adalah mutasi
genetik (mutan) ketika virus rabies menyatu dengan diriku maka aku bisa
memiliki penciuman dan pendengaran yang tajam seperti anjing. Anjing
bisa mengenali dan membedakan sesuatu lewat penciumannya dan juga bisa
mendengarkan bunyi di bawah pendengaran normal manusia. Tetapi bagaimana
juga jika aku bersifat dan berperilaku seperti anjing; buang air
sembarang atau bercinta di mana saja. Memikirkan itu aku menertawai
diriku sendiri.
Jika informasi itu benar aku bisa
bertahan hidup sampai sebulan bahkan sembilan bulan karena katanya virus
rabies dalam tubuh manusia bisa bekerja sangat lama dibandingkan pada
anjing. Aku mulai menimbang jika aku mati dalam waktu sebulan maka itu
sekitar akhir januari dan awal februari 2015 atau jika sembilan bulan
maka itu sekitar bulan oktober, tepat di bulan lahirku. Padahal aku
sudah berencana untuk melakukan beberapa hal dengan teman lamaku. Heven
Karisoh mengajakku untuk melakukan beberapa proyek yang menyangkut
kesenian; teater, music, dan juga soal sastra. Aku mulai berpikir soal
apakah dengan waktu singkat ini semua itu aka terwujud. Tapi aku mulai
kembali pada kesadaran bahwa kematian bukan soal untukku. Apa pun yang
sudah ku rencanakan akan ku jalani saja. Aku akan mulai mengikuti
insting.
Semua ini sebenarnya berawal pada soal apakah Skubi adalah mesias atau malaikat maut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar