halo aci!

halo aci!
Teater Ungu

Selasa, 30 Desember 2014

SEEKOR ANJING DI ATAS MIMBAR

(sebuah cermin)

Sinyo, Sibu, & Siki
25 Desember, itu adalah hari yang ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus bin Yusuf; Sang Kristus. Umat yang menyebut dirinya Kristen akan memperingati hari ini sebagai hari yang penuh sukacita karena telah lahir juru selamat yang membawa cinta kasih dan perdamaian dunia. Walaupun hari ini pengikut Kristus adalah kumpulan orang dungu dan yang pura-pura dungu. Mereka pura-pura tidak mengetahui bahwa Kristus datang untuk memerangi dosa dan menyelamatkan orang-orang tertindas.
Pagi itu, 25 Desember 2014, umat kristiani telah terkumpul dalam gedung gereja untuk merayakan kelahiran Kristus atau juga disebut Mesias. Semua bangku dan kursi penuh di dalam gereja dan bahkan orang berdesak-desakan di dalamnya. Di luar gedung pun masih banyak orang. Semuanya tercium wangi dan pakaian mereka pun kemilauan. Dompet dan saku mereka berisi jimat-jimat kapitalisme.
Lonceng berbunyi tanda ibadah akan segera dimulai. Para majelis gereja keluar dari ruang persiapan memasuki ruang peribadatan. Salah seorang dari mereka berbicara di pengeras suara.
-          “Jemaat diundang berdiri…. Ibadah natal Yesus Kristus kita pada hari ini akan dipimpin oleh Pdt. Sinyo El Nino, M.Th. Kepada khadim dipersilahkan.”

Jemaat menunggu khadim. Lima menit lewat khadim belum juga muncul di atas mimbar. Semua orang masih terdiam bertanya-tanya dalam pikiran mereka. Nama khadim begitu asing bagi mereka karena biasanya yang memimpin ibadah adalah pendeta  ditugaskan di gereja itu. Tapi mereka berpikir mungkin saja pendeta ini bertugas sebagai kunjungan atau ada pertukaran pelayanan.
            Seekor anjing berwarna hitam bercampur warna oranye kemerah-merahan lengkap dengan pakaian pendeta pemimpin ibadah berdiri di atas mimbar. Sunyi. Suasana tertelan ketidakmungkinan penglihatan. Semua orang tidak sadarkan diri dan mereka tenggelam dalam tanda tanya soal apakah ini nyata atau lelucon ilusi karena euphoria natal.
-          “Aku adalah Kristus. Aku datang untuk menghakimi yang berdosa dan menyelamatkan yang tertindas.”
Anjing itu memecah kesunyian dengan kata-katanya. Orang-orang mulai memandang satu sama lain. Mereka keluar dari pertanyaan dalam diri mereka dan dengan keheranan mulai bertanya kepada orang-orang di sekitarnya apakah ini benar-benar terjadi. Apakah ini nyata? Mungkin ini semacam mimpi kolektif umat kristiani. Kegaduhan dimulai. Mereka mulai sadar bahwa ini memang nyata. Mereka datang ke gedung gereja untuk beribadah memperingati kelahiran Kristus dan seekor anjing tiba-tiba muncul di atas mimbar lengkap dengan pakaian pendeta. Ini adalah kegilaan. Tetapi ada juga yang berpikir ini adalah mujizat. Manusia tidak lagi bisa memediasi kebenaran jadi tuhan menggunakan anjing untuk mengajar manusia. Terjadi perdebatan antar mereka apakah mereka akan menerima anjing itu sebagai juru selamat ataukah ini adalah pekerjaan setan di rumah ibadat.
-          “Bagaimana mungkin?”
-          “Tidak mungkin!”
-          “Seekor anjing datang dan mengaku mesias? Ini penghujatan terhadap roh kudus!”
-          “Seekor anjing tetaplah seekor anjing! Dia tidak boleh menjadi pengajar kita. Apa yang diketahuinya soal kebenaran?”
Kumpulan orang itu mulai menimbang soal kelayakan seekor anjing di atas mimbar. Bagaimana mungkin seekor anjing yang tak beradab, menderita kudis, kutuan, buang air sembarangan, dan bercinta di sembarang tempat, hanya terbiasa dengan tulang dan bukan makanan mewah datang mengaku sebagai Kristus. Sungguh tak mungkin bagi mereka sebagai manusia modern digembalaka oleh seekor anjing. Orang-orang itu maju mendekati mimbar dan berseru-seru supaya anjing itu segera turun.
-          “Aku berkata kepadamu, ada tertulis tidak ada nabi yang diterima di tanahnya sendiri. Kristus datang untuk kedua kali untuk menguji imanmu apakah kau mau menerimanya dalam keadaan apapun.”
Kerumunan orang itu tak menghiraukan kata-kata anjing itu mereka terus maju berdesakan sampai di mimbar. Mereka menangkap anjing itu dan membunuhnya. Kepalanya dipenggal. Dagingnya dibagikan kepada keluarga kristiani yang ikut andil dalam peristiwa itu. Mereka dalam pesta pora memakan daging Kristus dalam wujud anjing.
Sinyo yang datang sebagai Kristus akhirnya menjadi RW. Aku tertawa saja ketika mendengar cerita itu dari salah seorang yang baru pulang dari ibadah yang berakhir ricuh itu. Itu sebabnya aku sudah tak mau ke gereja lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar