(sebuah cermin)
Sinyo, Sibu, & Siki |
25
Desember, itu adalah hari yang ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus
bin Yusuf; Sang Kristus. Umat yang menyebut dirinya Kristen akan
memperingati hari ini sebagai hari yang penuh sukacita karena telah
lahir juru selamat yang membawa cinta kasih dan perdamaian dunia.
Walaupun hari ini pengikut Kristus adalah kumpulan orang dungu dan yang
pura-pura dungu. Mereka pura-pura tidak mengetahui bahwa Kristus datang
untuk memerangi dosa dan menyelamatkan orang-orang tertindas.
Pagi
itu, 25 Desember 2014, umat kristiani telah terkumpul dalam gedung
gereja untuk merayakan kelahiran Kristus atau juga disebut Mesias. Semua
bangku dan kursi penuh di dalam gereja dan bahkan orang
berdesak-desakan di dalamnya. Di luar gedung pun masih banyak orang.
Semuanya tercium wangi dan pakaian mereka pun kemilauan. Dompet dan saku
mereka berisi jimat-jimat kapitalisme.
Lonceng berbunyi tanda
ibadah akan segera dimulai. Para majelis gereja keluar dari ruang
persiapan memasuki ruang peribadatan. Salah seorang dari mereka
berbicara di pengeras suara.
- “Jemaat diundang berdiri….
Ibadah natal Yesus Kristus kita pada hari ini akan dipimpin oleh Pdt.
Sinyo El Nino, M.Th. Kepada khadim dipersilahkan.”
Jemaat
menunggu khadim. Lima menit lewat khadim belum juga muncul di atas
mimbar. Semua orang masih terdiam bertanya-tanya dalam pikiran mereka.
Nama khadim begitu asing bagi mereka karena biasanya yang memimpin
ibadah adalah pendeta ditugaskan di gereja itu. Tapi mereka berpikir
mungkin saja pendeta ini bertugas sebagai kunjungan atau ada pertukaran
pelayanan.
Seekor anjing berwarna hitam bercampur
warna oranye kemerah-merahan lengkap dengan pakaian pendeta pemimpin
ibadah berdiri di atas mimbar. Sunyi. Suasana tertelan ketidakmungkinan
penglihatan. Semua orang tidak sadarkan diri dan mereka tenggelam dalam
tanda tanya soal apakah ini nyata atau lelucon ilusi karena euphoria
natal.
- “Aku adalah Kristus. Aku datang untuk menghakimi yang berdosa dan menyelamatkan yang tertindas.”
Anjing
itu memecah kesunyian dengan kata-katanya. Orang-orang mulai memandang
satu sama lain. Mereka keluar dari pertanyaan dalam diri mereka dan
dengan keheranan mulai bertanya kepada orang-orang di sekitarnya apakah
ini benar-benar terjadi. Apakah ini nyata? Mungkin ini semacam mimpi
kolektif umat kristiani. Kegaduhan dimulai. Mereka mulai sadar bahwa ini
memang nyata. Mereka datang ke gedung gereja untuk beribadah
memperingati kelahiran Kristus dan seekor anjing tiba-tiba muncul di
atas mimbar lengkap dengan pakaian pendeta. Ini adalah kegilaan. Tetapi
ada juga yang berpikir ini adalah mujizat. Manusia tidak lagi bisa
memediasi kebenaran jadi tuhan menggunakan anjing untuk mengajar
manusia. Terjadi perdebatan antar mereka apakah mereka akan menerima
anjing itu sebagai juru selamat ataukah ini adalah pekerjaan setan di
rumah ibadat.
- “Bagaimana mungkin?”
- “Tidak mungkin!”
- “Seekor anjing datang dan mengaku mesias? Ini penghujatan terhadap roh kudus!”
- “Seekor anjing tetaplah seekor anjing! Dia tidak boleh menjadi pengajar kita. Apa yang diketahuinya soal kebenaran?”
Kumpulan
orang itu mulai menimbang soal kelayakan seekor anjing di atas mimbar.
Bagaimana mungkin seekor anjing yang tak beradab, menderita kudis,
kutuan, buang air sembarangan, dan bercinta di sembarang tempat, hanya
terbiasa dengan tulang dan bukan makanan mewah datang mengaku sebagai
Kristus. Sungguh tak mungkin bagi mereka sebagai manusia modern
digembalaka oleh seekor anjing. Orang-orang itu maju mendekati mimbar
dan berseru-seru supaya anjing itu segera turun.
- “Aku
berkata kepadamu, ada tertulis tidak ada nabi yang diterima di tanahnya
sendiri. Kristus datang untuk kedua kali untuk menguji imanmu apakah kau
mau menerimanya dalam keadaan apapun.”
Kerumunan orang itu tak
menghiraukan kata-kata anjing itu mereka terus maju berdesakan sampai di
mimbar. Mereka menangkap anjing itu dan membunuhnya. Kepalanya
dipenggal. Dagingnya dibagikan kepada keluarga kristiani yang ikut andil
dalam peristiwa itu. Mereka dalam pesta pora memakan daging Kristus
dalam wujud anjing.
Sinyo yang datang sebagai Kristus akhirnya
menjadi RW. Aku tertawa saja ketika mendengar cerita itu dari salah
seorang yang baru pulang dari ibadah yang berakhir ricuh itu. Itu
sebabnya aku sudah tak mau ke gereja lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar