ASAL
USUL DAN ARTI VAM SUAL
(sebuah tesis)
Oleh
Iswadi vam Sual
I.
PENDAHULUAN
Sual-Manangkot |
Marga (clan) atau vam[1]
adalah garis keturunan yang bisa ditarik dari garis ibu (matrilineal) dan ayah (patrilineal).
Penarikan garis keturunan itu bergantung pada konvensi masyarakat untuk
menentukan apakah garis keturunan akan ditarik dari ibu atau ayah. Dalam
tradisi Cina ada bebarapa hal yang menjadi landasan munculnya marga; dalam Wikipedia
disebutkan bahwa ada yang menggunakan lambang-lambang
suku-suku kuno, misalnya Ma (kuda), Long (Naga), Shan (gunung), Yun (awan) , menggunakan
nama negara, misal: Qi, Lu, Wei, Song , Menggunakan daerah kekuasaan, misal:
Zhao, yang mendapatkan daerah kekuasaan di kota Zhao, menggunakan gelar
jabatan, misal: Sima (menteri Perang), Situ (menteri tanah dan rakyat), Sikong
(menteri PU), menggunakan nama pekerjaan, misal: Tao (keramik), Wu
(dukun/tabib), menggunakan tanda dari tempat tinggal, misal: Ximen (gerbang
barat), Liu (pohon yangliu), Chi (kolam) asal daerah[2].
Sementara di suku bangsa lainnya marga berfungsi sebagai penanda atau julukan
terhadap leluhur. Biasanya itu merupakan keahlian orang yang kemudian dijadikan
nama belakang karena masyarakat percaya keturunannya pasti mewarisi keahlian
itu. Marga juga berkaitan dengan seksualitas dalam masyarakat beradab untuk
menghindari perkawinan antar kerabat (incest)
dan ada juga yang menggunakan marga demi menyelamatkan harta warisan dari
leluhur (budel).
Dalam
masyarakat Minahasa vam baru dikenal
1850 ketika kolonial Belanda bersama para misionaris melakukan pendataan
terhadap masyarakat. Oleh karena dulunya orang Minahasa tidak memiliki vam maka untuk memenuhi administrasi
mereka menggunakan nama ayah mereka sebagai nama belakang karena pada waktu itu
kebanyakan orang minahasa sudah menggunakan nama dari alkitab. Sementara tradisi Minahasa dalam pemberian
nama berkaitan dengan nujuman, obat-obatan, dewa, falsafah adat, tempat yang
baik, bunga, sindiran, ejekan, gunung atau faktor lain yang mempengaruhinya[3].
Dalam pergaulan masyarakat Minahasa pemberian julukan bisa terjadi untuk
menggantikan nama seseorang secara konvensional. Pemberian julukan ini bisa
berkaitan dengan ejekan atau pujian yang berkaitan dengan keahlian seseorang. Tamber
adalah panggilan kepada seorang anak yang diserahkan kepada pihak keluarga lain
secara cuma-cuma – kata kasarnya perseng[4].
Ada juga pergantian nama oleh karena berkaitan dengan poso/foso dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, ketika
seorang anak sering mengalami sakit dan sekarat maka anak tersebut harus
dipanggil buang atau pitong. Ini dalam kepercayaan
Minahasa ada makhluk halus yang berusaha merampas jiwa anak-anak sehingga nama
anak disamarkan untuk mengecoh makhluk tersebut.
Vam di Minahasa sekarang diperlakukan
sebagai sesuatu yang tak berarti apapun selain sebagai fungsi bahwa seorang
anak memiliki ayah. Sementara mengenai arti atau filosofi vam tak lagi dipedulikan dan mungkin tak dianggap penting lagi. Vam
sebenarnya berkaitan dengan genetika, jadi jika leluhur kita mempunyai bakat
tertentu sehingga dilekatkan padanya maka keturunannya juga mewarisi hal
demikian. Walaupun genetika bukan hanya pewarisan sifat dan bentuk secara
biologis tetapi bisa juga karena faktor lingkungan. Karena konstruksi individu
juga bergantung pada keadaan social.
II.
BEBERAPA
PERSPEKTIF DEFINISI
Sual dalam etimologi Minahasa/Malesung –
Indonesia yang ditulis oleh Taulu H; Sual
– tt. dari suar = suwar = tinggi mencapai loteng. Sumual berasal dari sumuar = mencapai bagian atas. Sementara Yapi Tambayong dalam Kamus
Bahasa dan Budaya Manado memberi arti Sual
(fam) sebagai rambut berjambul. Dalam
sejarah desa Pontak Sual adalah salah
satu tonaas yang meresmikan kampung
dengan kecakapan menulis, pandai letak, dan memiliki ingatan yang baik.
Tercatat
dalam sejarah desa Pontak yang ditulis
oleh M. F. Lumenta[5],
dijelaskan bahwa Sual adalah salah
satu tonaas yang meresmikan kampung
tersebut karena kecakapannya menulis (ma’patic). Sual sebenarnya berasal dari pinabetengan yang diundang bersama
Masinambow untuk sama-sama membantu meresmikan kampung (tumani). Dalam jajaran tonaas di Pontak Sual dikategorikan sebagai tonaas
yang pandai letak, cakap menulis, dan memiliki ingatan yang baik. Tetapi ini
sangat berbeda dengan versi Arnold Jafet Masinambow dalam bukunya Apo
Masinambouw dan Keturunannya yang ditulis tahun 1987. Dia menjelaskan bahwa
yang disebut ma’patic adalah
Masinambouw tanpa menyinggung keterlibatan Sual
dalam meresmikan roong/wanua Pontak. Buku ini memang tidak memuat sejarah Pontak
secara komprehensif tetapi lebih condong kepada slagbom atau silsilah keluarga Masinambow.
Uraian
di atas tentang Sual memberi tiga
perspektif yang berlainan; pertama, Sual
didefinisikan sebagai sesuatu dalam konteks ukuran tinggi. Apakah ini berkaitan
dengan manusia yang memiliki fisik
bertubuh tinggi atau berkaitan dengan impian atau capaian di masa depan – atau
juga berkaitan dengan penyangga langit. Kedua, Sual didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan gaya rambut.
Apakah ini berkaitan dengan orang yang menganyam rambut yang dilakukan sebagai
gaya pribadi atau berkaitan dengan tradisi mongoloid (Jepang, Cina, dan
Mongol). Ketiga, Sual diidentikan
dengan keterampilan menulis, pandai letak, dan berkaitan dengan intelegensia
(kemampuan mengingat: ingatan). Tampaknya, identifikasi terhadap vam Sual
kontradiktif satu sama lain sehingga sulit dipastikan prototipe dari vam
itu sendiri.
III.
URAIAN
TENTANG RELASI
a. Relasi morfologis (morphology relation)
Ada tiga vam yang
memiliki kemiripan yang lebih yaitu sual,
sualang, dan sumual. Dari ciri-ciri morfologis,
sual adalah kata dasar
sementara sualang dan sumual adalah
variasi morfologis dari kata itu. Jadi, Sual
memiliki relasi morfologis dengan Sualang
dan Sumual. Biasanya kata yang
mendapat sisipan um dalam bahasa
Minahasa adalah kata kerja imperatif misalnya dalam kata saru menjadi sumaru. Begitu juga dengan akhiran -ang/-eng
seperti dalam kata pokol menjadi pokolang/pokoleng.
Jika Sual adalah kata dasar maka Sumual dan Sualang adalah variasi
morfologis yang mendapat sisipan (infix)
-um dan akhiran (suffix) –ang yang
memiliki makna sebagai kata kerja.
VAM DALAM BENTUK DASAR
|
||||
Sual
|
Sumual
|
Sualang
|
||
Pangkey
|
Mamangkey/Mangkey
|
Manengkey
|
Pandey
|
Sengkey
|
Untu
|
Waworuntu/Woworuntu*
|
Paruntu
|
Runtu/Runtuwene
|
Muntu
|
Langi
|
Walalangi/Wantalangi
|
Kalangi
|
Sulangi
|
Langitan
|
Pele
|
Makapele
|
Limpele*
|
Pelealu
|
Kapele
|
Lendo
|
Lendongan
|
|||
Iroth
|
Giroth
|
Lalogiroth
|
||
Kewas
|
Lumingkewas
|
Lintjewas
|
||
Oroh
|
Koroh
|
|||
Sampow
|
Sumampow
|
Lumapow
|
||
Lensun
|
Mailensun
|
|||
Londa
|
Malonda
|
|||
Lengkong
|
Kalengkongan
|
|||
Ngantung
|
Rantung/Raintung
|
Pongantung
|
||
Pontoh
|
Pinontoaan
|
Lontoh
|
||
Antow
|
Lumantow
|
Tumilantow
|
Pomantow
|
|
Rambi
|
Rambitan
|
Runturambi*
|
||
Sajow
|
Sumajow
|
Porajow
|
Pajow
|
|
Mengko
|
Mamengko
|
|||
Gerung
|
Gerungan
|
Merung
|
||
Rengkuan
|
Parengkuan
|
|||
Sondakh
|
Sumondakh
|
|||
Tampi
|
Tampinongkol
|
|||
Langkay
|
Mailangkay
|
|||
Tamba
|
Tambayong
|
Tambaani
|
Tambanua
|
Tambariki
|
Tico
|
Ticoalu
|
|||
Tulong
|
Dotulong
|
|||
Eman
|
Pangemanan
|
|||
*vam di minahasa ada
yang merupakan gabungan dari dua vam
misalnya Wowor + Runtu, Lim + Pele, Ratu + Langi, Ratu + Liu, Roring + Pandey (Rorimpandey)[6],
Runtu + Rambi, dll. Penetrasi orang Tionghoa di Minahasa juga berpengaruh
dalam vam; Lim adalah marga Cina yang digabungkan dengan vam Minahasa yaitu Pele. Oping dan Liu adalah
salah satu marga Cina yang sampai hari ini telah menjadi vam
pribumi. Begitu juga dengan vam Belanda
yang di Minahasa seperti Jacob dan Paat.
|
b. Pertalian darah (blood relation)
Ketika mempertanyakan tentang asal usul vam Sual
maka para orang tua menceritakan bahwa Sual
berasal dari Sondakh. Sual adalah anak dari Sondakh yang bermigrasi ke desa Pontak. Sementara ada yang lain
mengatakan bahwa Sual berasal dari Sondakh – ada juga yang mengatakan dari Sumangkut - yang merajut dan memisahkan
diri membentuk garis keturunan baru. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh
pembagian harta warisan. Perselisihan dalam keluarga bisa memicu salah satu
anggota keluarga memisahkan diri dan memakai vam lain yang dibuat sendiri. Seperti pengakuan dari salah satu
orang vam Palapa yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya berasal dari Kawengian.
Jika perselisihan merupakan akar terciptanya vam baru maka dapat pula dikatakan bahwa
Sumual dan Sualang mempunyai pertalian darah dengan Sual dan bukan hanya karena relasi morfologis. Hal yang sama juga
terjadi dalam vam Ratulangi yang terpisah menjadi Tulangi, Ratu, dan Langi; Reget terpisah dan muncul Rineget; Rondor terpisah dan muncul Rumondor;
dan Sampou terpisah dan muncul Sumampou[7].
IV.
PENYEBARAN
GEOGRAFIS DAN RELASI HISTORIS
Sual pada mulanya berasal dari
pinabetengan dan berkembang di desa Pontak dan menyebar ke desa-desa lain. Vam Sual
yang ada di desa Tondei mengakui bahwa mereka berasal dari desa Pontak dan
dalam sejarah Pontak vam Sual berasal dari pinabetengan. Tetapi di daerah pinabetengan
jarang bahkan sulit menemukan vam
Sual. Di Tompaso Lama (Sendangan) hanya Drs. R. A. Ventje Sual mantan staf urusan keuangan negara
Permesta yang sempat terdeteksi pernah tinggal di sana. Sementara di desa
Tondei dan Pontak vam Sual merupakan
keluarga besar. Keluarga ini identik dengan mistik (ma’wentel) yang digunakan
untuk medical-mystic atau untuk berperang. Ini harus dibedakan dengan apa yang
disebut dengan ma’diara; sebuah praktik mistik untuk mencelakai orang lain.
Tetapi
hari ini vam Sual dengan bantuan jejaring sosial facebook ternyata juga terdapat di Filipina dan Turki. Apakah ini
hanya kebetulan belaka belum bisa dipastikan tapi untuk Filipina ada relasi
historis dengan Minahasa. Dalam buku Sejarah Minahasa karya B. Supit[8]
diterangkan bahwa pada akhir abad ke-17 ketika terjadi perang antara Bolaang
Mongondow dan para ukung di Minahasa ada suatu tempat yang disebut Mawale.
Tempat ini adalah tempat persinggahan para waraney (prajurit Minahasa) dan
sempat menjadi pemukiman. Ketika Mawale dijadikan tempat pemukiman tetap
terjadilah musibah di tempat itu yang yang diakibatkan oleh sesuatu yang disebut
reges
lewo[9]
(angin jaha) yang menimbulkan berbagai penyakit. Di samping itu ada juga
gangguan terhadap masyarakat oleh orang-orang yang berasal dari Mangindanou. Mereka menculik
orang-orang di Mawale untuk dijadikan budak di Filipina.
Di
Provinsi Pangasinan Filipina pun ada kota bernama Sual walaupun jauh dari Mindanao[10]
yang terdapat masyarakat bermarga Sual. Ketika penulis berkomunikasi dengan pengguna
facebook bernama Melanie Azarcon Sual [11]
(dan juga beberapa yang lainnya)di Filipina dia tidak tahu menahu tentang arti Sual dan juga tak tahu apakah ada relasi
dengan Sual yang ada di Minahasa.
Tetapi dalam sejarah Minahasa tercatat bahwa pernah ada relasi historis antara
Spanyol, Mangindano (Mindanao-Filipina), dan Minahasa. Filipina adalah negara
bekas jajahan Spanyol yang dimulai pada abad ke-16; negara ini diberi nama
sesuai raja Spanyol waktu itu; Raja Philip.
V.
HIPOTESIS
Ada beberapa
kesimpulan sementara dari kumpulan fakta yang didapat
·
Adanya hubungan darah antara vam
yang memiliki keserupaan morfologis.
·
Adanya hubungan antara Sual di Filipina dan Sual
di Minahasa.
·
Sual
itu berasal dari Filipina karena penetrasi pelaut dari Mangindanao.
·
Sual asli
Minahasa yang diculik oleh orang Mangindanao yang di bawah ke Filipina.
VI.
KENDALA
DAN KELEMAHAN TULISAN INI
Perlu
diakui bahwa kurangnya referensi buku sangat mempengaruhi tulisan ini dan
adapun referensi yang tersedia tetapi penulis masih memiliki skeptivisme
terhadap tulisan-tulisan terdahulu. Dalam tulisan ini pun ada referensi yang
didapat secara lisan tetapi hanya diambil dari percakapan informal yang
bersifak kebetulan. Sumber dari Filipina pun hanyalah orang yang tidak berlatar
belakang budayawan ataupun sejarahwan sehingga informasi yang didapat begitu
miskin. Biaya dan fasilitas pun sangat mempengaruhi penggarapan tulisan ini
jadi fakta-fakta yang dikumpulkan disesuaikan dengan kemampuan penulis secara
finansial.
Definisi
tentang Sual yang diberikan dalam
beberapa buku nampaknya bersifat spekulatif dan hanya didasarkan pada denotasi
kata. Ini juga sama seperti apa yang dilakukan pada pendefinisian terhadap
beberapa nama kampung di tanah Toar-Lumimuut. Tidak adanya kaitan historis
(ataupun filosofis) antara kata dan definisi membuat tulisan-tulisan terdahulu
menjadi sangat diragukan.
Tulisan
ini pun hanyalah mosaik dari fakta-fakta yang dikumpulkan dan sedikitnya
memiliki sifat spekulatif. Ini memang semata karena kekurangan sumber tulisan
maupun tulisan yang dianggap benar-benar valid secara ilmiah. Tetapi yang
sangat diharapkan adalah proses dialogis dengan para pembaca dapat menjadi
pemicu adanya usulan dan informasi berkaitan dengan tulisan ini.
[1]
Kata vam yang digunakan suku Minahasa
mungkin lebih dekat dengan van yang
digunakan Belanda untuk nama belakang. Seperti orang-orang Timur Tengah pun
menggunakan kata bin/binti untuk menunjukkan nama belakang.
Kata van dan bin memiliki arti ‘anak
dari/turunan’. Misalnya Arnold van Peursen berarti Arnold anak dari/turunan Peursen atau Osama
bin Laden yang berarti Osama anak dari/turunan Laden (nama sebenarnya adalah Usamah bin Muhammad
Awad bin Ladin).
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Tionghoa
[3] Taulu,
H. M. Etymology Malesung/Minahasa – Indonesia. Yaitu: Arti, Sejarah Terciptanya
Nujuman, Nama-nama Keluarga/ Fam Minahasa (Tontemboan, Tombulu, Tonsea, dan
Toulour) ditelaah menurut kamus-kamus. Yayasan Budaya Membangun. Manado. 1980
[4]
Digunakan untuk hewan.
[5] M.
F. Lumenta, Sekilas Sejarah Desa Pontak dan Perkembangannya. 1989
[6]
Terjadi proses nasalisasi.
[7] Ibidem.
[8]
Bujung-Moningka, Ny. A. J. Sejarah Desa Tondei: Keadaan sampai tahun 1989. KSMT
& STMS. Tondei. 2012.
[9]
Menurut penuturan orang tua bahwa reges
lewo juga menyebabkan kematian bayi
dan penyakit berbahaya lainnya. Reges
lewo sebenarnya lebih berkaitan
dengan dunia mistik yaitu kepercayaan aka nada intervensi roh halus terhadap
kehidupan manusia.
[10]
Orang minahasa menyebut Mangindanou; mungkin ini pengaruh perbedaan dialek
sehingga orang minahasa menyebutnya demikian.
[11]Inilah
keterangan dari orang bersangkutan via
facebook : (I am Melanie Azarcon Sual. I born
Aug. 04, 1980 at Brgy. Tapi cantilan, Sirigao del sur. (MINDANAO) Philippines.
I am eldest great grandchild of late Porocio Uriarte Sual died at age of 93
last 2000. I am a eldest
granddaughter of Mr. Maximo
Uriarte Sual and late Mrs. Francisca Laorden Pecasales. My father is eldest son
among of his seven sibling. My father name is DOMINADOR PECASALES SUAL. Born
May 28, 1963 and died last Nov. 04, 1988 at age of 28 yrs old due by homicide.
My mother name is DIONESIA GUERTA AZARCON born March 6, 1964. I have 3 sibling.
Here their names. ARIEL JOAN JOSEPH AZARCON SUAL born January 7, 1985. AILANE
SUAL BALEROS born July 6, 1987. MYLENE
AZARCON SUAL born April 28, 1989. My father sibling. LUDIVINA SUAL OROSCO,
LULINDA SUAL SARMIENTO, MILA SUAL RAVECHO, VILMA PECASALES SUAL, MARIBEL
PECASALES SUAL, MARISA SUAL KHANZADA, MAXIMO PECASALES SUAL and ARIEL PECASALES
SUAL.) Di Filipina nama
seseorang terdiri atas tiga bagian; nama panggilan, nama depan, nama tengah,
dan nama belakang. Nama depan adalah nama yang diberikan untuk orang tersebut,
nama tengah berasal dari nama belakang ibu, dan
nama belakang berasal dari nama belakang ayah. Contoh, Melanie (nama
diri) Azarcon (nama belakang ibu) Sual (nama belakang ayah); lhotlhot (nama
panggilan). Anak perempuan yang sudah menikah akan menggunakan nama belakang
suami sebagai nama belakangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar