(Permainan rakyat Tondei sampai tahun
1990-an)
Kaliye
adalah permainan rakyat tradisional yang bertujuan hanya sebagai hiburan
semata. Oleh karena itu permainan ini akhirnya termarjinalisasi hanya untuk kalangan
anak-anak (offspring) – khususnya
anak laki-laki. Usia lima sampai empat belas tahun sangat tertarik pada jenis
permainan ini. Ini adalah salah satu jenis mainan musiman anak-anak selain kuda-kuda,
lulutau (leletau), plinggir, gambaran, skiping, dan lain sebagainya.
Permainan
ini terdiri dari manusia (orang), kaliye; terbuat dari tampurung
(cangkang kelapa) yang dibentuk menyerupai segitiga – tetapi bentuknya bisa
bervariasi sesuai dengan kemaunan pembuatnya -, dan permentek; terbuat dari
bambu yang berfungsi sebagai alat pemukul (stick)
kaliye. Adapun istilah yang dikenal
dalam permainan ini yaitu kaliber; jika kaliye dipukul dari
garis star dan langsung mengena pada kaliye yang ditanam di tanah, verlak;
ini adalah izin kepada pemain yang merasa kondisi tanah tidak memungkinkan
untuk memukul kaliye dan meminta
untuk memindahkannya di garis star kembali, dan puntel; jika kaliye itu nyasar dan mengena pada
seseorang. Dalam hal ini ada juga istilah lef ketika kaliye mengena pada seseorang maka dari kelompok yang sedang bertanding akan berebutan mengujar kata "lef!". Kelompok yang lebih dulu menyerukan kata itu berhak untuk meenempatkan posisi kaliye di mana pun mereka suka. Ada juga istilah untuk menunjukkan kualitas kaliye seperti ta'teles di mana kaliye tersebut melayang tinggi dan ta'tena bila selalu mengenai sasaran.
Kaliye adalah permainan yang melibatkan
dua orang atau lebih; biasanya permainan ini dilakukan oleh dua kelompok yang
kurang lebih masing-masing memiliki lima anggota. Biasanya untuk menentukan
kelompok mana yang lebih dulu memulai akan diadakan ces kaliye yang dilakukan oleh perwakilan dari masing-masing
kelompok. Ces kaliye semacam undi atau lempar koin untuk menentukan pihak yang
lebih dahulu menguasai permainan. Ces
kaliye juga dilakukan untuk
menentukan orang-orang yang tergabung dalam satu kelompok. Setiap orang
berpasangan untuk melakukan ces kaliye jika kaliyenya terbuka maka dia harus bergabung dengan orang yang juga
memiliki kaliye terbuka dan juga
sebaliknya.
Jika
setiap kelompok anggotanya berjumlah lima orang maka ada lima kaliye yang
ditanam berbanjar di atas tanah. Kemudian kelompok yang lainnya akan berembuk
untuk membagi sasarannya masing-masing (kaliye
lawan harus ditumbangkan). Permainan ini akan berakhir sesuai kesepakatan dari
dua bela pihak mengenai jumlah akhirnya. Biasanya permainan ini menggunakan kelipatan seratus. Setiap
kelompok akan berusaha mencapai jumlah yang telah disepakati; misalnya
dinyatakan gem spuluh ribu. Jika dari
garis star langsung mengena sasaran (kaliber)
maka itu dihitung lima ratus. Tetapi jika dari garis star belum mengena dan
dilanjutkan sampai mengena pada kaliye
lawan maka dihitung seratus. Kalau menggunakan verlak maka walaupun dari garis star langsung mengena sasaran tetap
hitungannya seratus. Ketika salah seorang anggota kelompok gagal menumbangkan
sasarannya dengan begitu permainan akan berganti pada pihak lawan kelompok.
Biasanya
anak-anak ketika tidak puas dengan hasil permainan ini akan mengundang lawan
mainnya untuk bakupica kaliye – karena kelompok yang kalah
masing-masing akan menggendong lawannya sambil berlari sampai lima kali
bolak-balik. Ini untuk membuktikan kaliye
siapa yang paling tebal dan tahan cangkang kelapanya. Mereka juga menggunakan
ces kaliye untuk menentukan siapa yang akan memulai. Jarak kaliye yang di tanam
di atas tanah dengan kaliye satunya kira-kira 3 cm. Anak-anak biasanya membuat
kaliye dari tampurung yang difufu[1]
tetapi dari tampurung yang hanya
dicukur isinya saja.
[1]
Cangkang kepala yang telah diasapi (fufu)
dalam pembuatan kopra. Cangkang yang sudah diasapi ini biasanya akan mudah
rapuh atau terbela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar