(PROLOG : Waktu SMA ada
sesuatu yang bergejolak dalam pikiranku dan aku sendiri menyebut itu sebagai
transisi berpikir ataupun bisa diistilahkan pencerahan (enlightment). Ada pengaruh
besar lingkungan terhadap diriku sehingga keranjingan membaca buku dalam semua topik
dan semangat protes yang sangat besar. Mempelajari marxisme dalam karya-karya
sastra, filsafat pendidikan, dan politik membuat diriku memandang realitas
dalam perspektif yang baru. Aura pemberontak
melingkupi pikiranku pada saat itu sehingga orang-orang di sekitar terasa sinis
dan membenci diriku. Seakan aku adalah reinkarnasi Socrates yang selalu membuat
orang gelisah dan akhirnya dikucilkan dari lingkungannya sendiri.
Aku suka disebut
orang waktu itu sebagai tukang protes, keras kepala, nakal, dan suka mengajak
orang lain untuk melakukan tindakan yang sama. Guru dan temanku kadang menghina
ketika aku rajin ke perpustakaan sekolah dan menjuluki ku kutu buku dengan nada
ejekan. Memang banyak orang waktu itu menjadi korban protes tapi menurutku
mereka tak mau belajar dari kesalahan dan juga tak mau membenah diri. Seakan-akan
umur adalah alat legitimasi kebenaran sehingga apa yang diucapkan dan dilakukan
orang lebih tua mutlak benar.
Aku rindu akan
masa-masa itu; masa di mana semangat memberontak terhadap ketidakadilan dan
terhadap pelaku KKN begitu tinggi. Di bawah ini aku sertakan beberapa tulisan -yang ditulis antara tahun 2005 - 2006 -
sebagai wujud protesku terhadap keadaan waktu itu.)
TOLONG KAMI…!!![1]
Assalamu ‘alaikum
warahmatulahi wabarakatuh, serta syalom!!!
Mungkin teman-teman yang menjadi harapan bangsa
Indonesia bertanya ataupun bingung dengan statement
Tolong Kami…!!!, ini merupakan suatu pernyataan ataupun teriakan yang memohon
belas kasihan dari seseorang. Ya, sebagai makhluk social kita memang selalu dan
pada dasarnya saling bergantung. Kita tidak bisa hidup tanpa orang lain!.
Tolong kami….!!!,
lebih khusus kata kami menunjuk, atau sebenarnya merupakan kata ganti orang
pertama jamak yaitu,siswa (student). Yang dalam hal ini telah sedang dijajah
dalam sistem pendidikan*. Kita (para siswa) tidak,secara leluasa dapat bergerak
mengemukakan rasa keberatan terhadap suatu implementasi yang mencegah kita
(siswa) menjadi kritis terhadap suatu keadaan (otoriter). Kita (siswa) bagaikan
kerbau yang dipaksa membajak ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan seakan
tidak bisa dielakkan dan bersifat mutlak. Dalam suatu proses teaching and learning, para siswa
diam mendengarkan ceramah guru dan tidak diberikan kesempatan untuk menyangga,
mengemukakan gagasan/pendapat, ataupun bertanya. Dan jika pun diberi kesempatan
bertanya,jawban dari guru bersifat mengintimidasi si penanya.
Hal di atas memberi indikasi dalam perspektif bahwa,
mungkin yang menjadi nara sumber (guru) bukan spesialis dalam bidang yang
diajarkannya. Tambahan pula, orang itu hanya menyandang gelar sebagai guru
(S.Pd) namun tidak memiliki keahlian
dalam bidang itu. Sehingga bila ada pertanyaan, sanggahan, gagasan/pendapat
dalam proses belajar mengajar yang diterima siswa adalah bentakan (adapun yang
mencaci). Hal ini yang membawa kami (para siswa) menjadi radikal.
Undang-undang RI No. 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dalam Bab III Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan,Pasal 4 ayat 1 jelas
menyatakan bahwa pendidikan harus demokratis , berkeadilan,tidak diskriminatif,
menjunjung tinggi HAM,nilai agama,cultural,dan kemajemukan bangsa. Realitas
menunjukkan adanya sikap sifat dari para guru tentang peraturan ini, karena
tidak menglegitimasikan hal tersebut. Sebagai contoh, dalam pembelajaran (teaching
and learning process) demokrasi guru memegang otoritas tertinggi. Sebenarnya,
pendidikan yang otoriter akan menghasilkan generasi yang otoriter pula. Karena
pembentukan paradigma di sekolah menimbulkan perspektif yang nantinya menjadi Sweet revenge.
To
be Continue……………..
Salam Jotos,
School Lovers
*) Konstalasi yang
berada dalam sekolah kita sekarang ini
FSS : Forum Suara Siswa
OSIS BUKAN KENDARAAN GURU[2]
Organisasi
Siswa Intra Sekolah atau yang lebih lanjut di sebut OSIS adalah suatu wadah yang
diciptakan untuk merangkum semua aspirasi dari siswa. Hal yang sebenarnya
adalah OSIS harus memperjuangkan kepentingan siswa. Dan sangat diperlukan
adalah pemimpin yang tidak berpihak pada golongan tertentu dan harus selektif
dalam memanipulasi organisasi.
Kertas ini akan mencoba mengangkat suatu masalah yang
krusial atau sebuah polemik tentang eksistensi OSIS. Hal substansial yang kami
lihat bahwa OSIS lebih berpihak kepada guru. Mereka tidak menyadari bahwa yang
memilih mereka adalah siswa dan dilakukan secara demokratis. Tidak tahu apakah
mereka suka di dikte atau diancam nilai dan mungkin menganggap guru itu Tuhan
yang selalu benar. Seorang aktivis dan juga revolusioner Soe Hok Gie berkata : “guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid
bukan kerbau”. OSIS kini telah menjadi binatang tunggangan guru.
OSIS yang merupakan pusat atau juga media tempat
siswa berkreasi memang dibina oleh guru. Tetapi, secara organisatoris mereka
hanya mempunyai hak bicara dan bukan hak suara. Dan jika pernyataan bahwa siswa
masih perlu banyak dibina dan takut akan terjadi kesalahan dalam memutuskan
sesuatu atau membuat kebijakan, maka tujuan berdirinya organisasi ini masih
perlu dipertanyakan. Menurut saya, selama kebijakan yang dibuat oleh OSIS tidak
berkontradiksi dengan peraturan sekolah itu adalah wajar dilakukan. Dan guru
tidak harus pesimis dan harus memberi ruang gerak yang leluasa pada OSIS.
Dalam kertas ini pun saya memberi peringatan kepada
OSIS. Dalam membuat regulasi harus melibatkan siswa. Jangan berlandaskan utusan
kelas. Karena sering terjadi ketua-ketua kelas tidak membawa aspirasi. Jadi,
seharusnya ada program OSIS untuk rapat pra,yaitu : rapat kelas masing-masing
yang membicarakan tentang apa yang harus di bawa dalam rapat OSIS (mubes),
sehingga seluruh siwa akan terbebani untuk melaksanakan suatu peraturan karena
itu merupakan bagian dari gagasan mereka.
OSIS juga harus menjadi pengamat (observer) tentang suatu masalah yang
terjadi dalam ruang lingkup sekolah dan harus berani menentang sesuatu yang
salah. Gunakanlah prinsip berani karena benar. Jadilah kritis dalam segala hal
untuk membangun Indonesia.
Saya juga ingin member peringatan kepada guru untuk
tidak berlaku otoriter dalam mengajar karena itu bertentangan dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setidaknya guru
mengajar dengan kasih dan bukan dengan emosi yang eksplosif. Karena tidak
selamanya guru itu benar dan siswa itu bodoh yang perlu di indoktrinasi. Guru
yang otoriter adalah mereka yang diwariskan ole horde baru atau mungkin
sisa-sisa perang yang mengalami depresi dan berusaha melimpahkan emosinya
kepada siswa. Jika mereka adalah seorang theis, maka ia akan sadar bahwa
dirinya terbatas dan hanya Tuhan yang kekal. Mengajarlah dengan kasih (Matius
22 : 39)
Dalam selebaran yang lalu pernah disinggung bahwa
guru yang otoriter akan menghasilkan juga produk yang otoriter (Matius 7 :
17-18). Jadi kapan Indonesia akan menjadi Negara yang benar-benar demokratis
kalau dalam lembaga pendidikan tetap otoriter.
Untuk mengakhiri artikel ini saya akan menegaskan
bahwa OSIS bukan kendaraan guru dan bukan
tempat mencari nafkah. Radikalisme tak akan pernah mati !
Salam
Iswady Sual
3 BAHASA, SIAP TANDA TANGAN SURAT TIDAK
LULUS ?[3]
Nomor
: -
Hal
:
Pemberitaan
Lampiran : -
Assalamu ‘alaikum
warahmatulahi wabarakatuh, serta syalom!!!
Sungguh naif jika anda sebagai penambang ilmu yang militan,
jatuh pada tingkat menengah (SMU). Walaupun anda adalah seorang siswa yang
mempunyai kepiawaian dalam belajar, anda bisa jatuh ! Mengapa ? Itu dikarenakan
oleh sistem standar nilai nasioanal yang terus meningkat dari robotisasi *.
Lain daripada itu, sesuai informasi actual yang
berkembang saat ini, bahwa siswa yang menempuh UAN namun gagal secara tulisan
tidak akan punya kesempatan mengulang. Ini merupakan kontribusi peraturan
pemerintah yang sangat pelik.
Melihat uraian diatas, dan sesuai pemantauan kami,
gelagat kelas tiga bahasa yang makin hari makin kabur dari logika akan segera
menandatangani surat ketidaklulusan. Kami melihat mereka (3 bahasa) adalah
sebuah ornamen buruk yang tidak patut dicontohi. Ritmisnya kasus yang
berderetan dilihat oleh mereka sebagai the
way to famous. Memang secara nyata mereka tidak luput dari pandangan kami
dan sangat dikenal. Tapi cara yang mereka lakukan salah besar. Karena ada
diantara kami yang sampai-sampai nge-fans pada kelas tiga bahasa. Jelas para
fans akan mengikuti jejak mereka.
Kami bersatu hati agar kelas tiga bahasa di evakuasi
ke tempat yang jauh dari lembaga pendidikan. Kami tidak membenci mereka tapi
benci sikap mereka !
Harapan kami bahwa surat ini menjadi kontemplasi bagi
para pembaca untuk membedakan apa yang patut kita teladani.
Salam,
Che Guevara
*Robotisasi yang kami
maksudkan disini adalah lajunya perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih khusus
di bidang teknologi yang menggeser para tenaga kerja. Sebagai contoh, dalam
pendidikan kita yang memeriksa hasil ujian akhir nasional (UAN) adalah computer.
Pengalaman di waktu yang lalu, banyak para peserta UAN yang tidak lulus bukan
karena kemampuannya yang kurang tetapi computer yang tidak bisa menerima
jawaban yang sedikit kotor (dalam lembar jawaban).
- semua karikatur dibuat oleh Heven Karisoh
[1]
Tulisan pertama ini cukup menghebohkan sekolah karena pertama kalinya sekolah
mendapat surat kaleng semacam ini.
[2] Akibat
tulisan ini aku diinterogasi berjam-jam oleh pembina OSIS dan ceramah dari
kepala sekolah. Situasi sekolah menjadi cukup panas dengan tulisan ini sehingga
memunculkan pro-kontra.
[3] Tulisan
ini adalah kritik untuk diri sendiri dan tindakan kolektif kelas kami yang
memang keterlaluan.
mantab, bro..
BalasHapusTHANKS SO MUCH BRADER.GBU
BalasHapusthanx...
BalasHapusyou're welcome