Raut wajah terakhir
28 Juli 2012
pukul 02.00, entah kenapa aku gelisah dan tak bisa tidur. Tiba-tiba telepon
genggamku berdering. “ka’… Buyut so meninggal”, itulah kalimat yang ku dengar
setelah menjawab panggilan telepon itu. Ada rasa tidak percaya karena baru saja
di sore hari aku dan pacarku ditawarkan tumpangan kendaraan. Tetapi rasa
gelisah kini telah bertambah karena rasa tidak percaya dan penasaran. Setelah beberapa
jam akhirnya semua jelas lewat konfirmasi sms dari beberapa teman dekat. Ternyata
raut wajah terakhir yang ku lihat sore itu adalah ekspresi terakhir untukku.
Herald Lumowa alias Buyut |
Herald Lumowa lahir pada 12 Mei 1987. Aku sendiri tak
mengenalnya sejak kecil tetapi menurut cerita teman sekelasku, Herald atau
sering dipanggil Cilay semasa sekolah atau Buyut adalah anak yang pintar. Tetapi
di masa kecil dia juga adalah anak yang suka berkelahi dengan anak sebayanya. Tahun
2003 aku pertama kali melihatnya sebagai sosok anak yang nakal karena sering
berpakaian tidak rapih di sekolah dan gaya rambut yang juga dilarang untuk para
siswa. Sebagai siswa pindahan di sekolah yang baru membuatku sangat canggung
dan mencoba terus beradaptasi; baik dari segi bahasa atau dialek maupun dari
segi pengetahuan.
Setiap hari sekolah aku terus mengamatinya. Buyut selalu
bersama teman dekatnya yang dipanggil Udung. Hampir semua properti sekolah
mereka bergambar tengkorak, senjata, dan mawar juga tulisan Guns and Roses. Dari mereka berdua aku
mengetahui bahwa pelantun lirik November
Rain, Don’t Cry, dan Patience adalah band Guns and Roses. Oleh karena hampir separuh
jam belajar mereka gunakan untuk menggambar dan menghafal lirik lagunya. Mereka
pun sering membawa koleksi kasetnya ke mana-mana.
swadi 'n buyut |
Setelah sekolah selesai aku dan beberapa teman
seangkatan masuk universitas. Sebenarnya juga dia mempunyai keinginan untuk
masuk kuliah. Tetapi akhirnya dia memilih kerja untuk menghasilkan uang. Dalam hal
kerja dia memiliki keuletan dan juga bisa kerja apa saja sehingga memungkinkan
dia bisa kerja di ibu kota negara dan beberapa kota di luar pulau. Status yang
berbeda tidak melunturkan persahabatan kami karena Buyut adalah pribadi yang simple dan suka bergaul.
Buyut terbaring kaku |
Aku tak menyangka bahwa perjumpaan beberapa hari
sebelum kematiannya adalah kenangan terakhir untu diriku. Setelah aku mendapat
konfirmasi kematiannya maka aku bertanya tentang sebab peristiwa itu. Kabarnya Buyut
di tembak oknum polisi tepat di jantung kiri setelah sebelumnya saling
betegang leher. Namun ada juga yang menyatakan bahwa sebelumnya telah terjadi
petengkaran hebat antara keduanya dan
juga beberapa teman Buyut yang berada di situ. Berita tentang kematian buyut
dimuat dalam media massa. Hampir dua minggu media
didominasi oleh berita kontroversi kematiannya.
Setelah hari
mulai terang aku langsung menuju TKP untuk memastikan semuanya. Buyut dikuburkan
pada hari ketiga setelah kematiannya. Sebagai seorang sahabat aku tak sanggup
melepasnya pergi tetapi apa daya. Mungkin dengan ini aku harus mengenang
kembali masa lalu bersamanya; canda, tawa, tangis, dan duka. Aku terbeban untuk
mengatakan pada dunia bahwa dia adalah seorang sahabat sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar