halo aci!

halo aci!
Teater Ungu

Senin, 24 September 2012

HERALD LUMOWA IN MEMORIAM



Raut wajah terakhir
                28 Juli 2012 pukul 02.00, entah kenapa aku gelisah dan tak bisa tidur. Tiba-tiba telepon genggamku berdering. “ka’… Buyut so meninggal”, itulah kalimat yang ku dengar setelah menjawab panggilan telepon itu. Ada rasa tidak percaya karena baru saja di sore hari aku dan pacarku ditawarkan tumpangan kendaraan. Tetapi rasa gelisah kini telah bertambah karena rasa tidak percaya dan penasaran. Setelah beberapa jam akhirnya semua jelas lewat konfirmasi sms dari beberapa teman dekat. Ternyata raut wajah terakhir yang ku lihat sore itu adalah ekspresi terakhir untukku.
Herald Lumowa alias Buyut
                Herald Lumowa lahir pada 12 Mei 1987. Aku sendiri tak mengenalnya sejak kecil tetapi menurut cerita teman sekelasku, Herald atau sering dipanggil Cilay semasa sekolah atau Buyut adalah anak yang pintar. Tetapi di masa kecil dia juga adalah anak yang suka berkelahi dengan anak sebayanya. Tahun 2003 aku pertama kali melihatnya sebagai sosok anak yang nakal karena sering berpakaian tidak rapih di sekolah dan gaya rambut yang juga dilarang untuk para siswa. Sebagai siswa pindahan di sekolah yang baru membuatku sangat canggung dan mencoba terus beradaptasi; baik dari segi bahasa atau dialek maupun dari segi pengetahuan.
                Setiap hari sekolah aku terus mengamatinya. Buyut selalu bersama teman dekatnya yang dipanggil Udung. Hampir semua properti sekolah mereka bergambar tengkorak, senjata, dan mawar juga tulisan Guns and Roses. Dari mereka berdua aku mengetahui bahwa pelantun lirik November Rain, Don’t Cry, dan Patience adalah band Guns and Roses. Oleh karena hampir separuh jam belajar mereka gunakan untuk menggambar dan menghafal lirik lagunya. Mereka pun sering membawa koleksi kasetnya ke mana-mana.
swadi 'n buyut
                Tahun ketiga sekolah kami menjadi teman sekelas lagi. Di masa-masa itu aku dan teman-teman lain membentuk organisasi seni dan Buyut adalah salah satu anggota. Aku juga tak menyangka Buyut ternyata pandai bermain teater dan sangat berbakat di dunia seni. Aku mulai mengenalnya lebih dalam karena hampir setiap hari bersama dan kadang-kadang kami tidur bersama teman-teman kelas. Aku menilai bahwa Buyut adalah teman sejati karena dari antara semua teman dia yang paling mengerti tentang arti sebuah persahabatan. Dia juga adalah sosok pemberani tetapi selalu menahan amarah terhadap teman ataupun orang yang pernah dia kenal. Dia mampu mengendalikan dirinya menahan hinaan, ejekan, dan perlakuan yang tidak baik terhadapnya. Buyut pun rela berbagi sesuatu dengan teman-temannya walaupun mungkin dia sendiri tidak kebagian sesuatu itu. Orangnya suka juga berkorban untuk teman-temannya walau nyawa menjadi taruhannya.
                Setelah sekolah selesai aku dan beberapa teman seangkatan masuk universitas. Sebenarnya juga dia mempunyai keinginan untuk masuk kuliah. Tetapi akhirnya dia memilih kerja untuk menghasilkan uang. Dalam hal kerja dia memiliki keuletan dan juga bisa kerja apa saja sehingga memungkinkan dia bisa kerja di ibu kota negara dan beberapa kota di luar pulau. Status yang berbeda tidak melunturkan persahabatan kami karena Buyut adalah pribadi yang simple dan suka bergaul.
Buyut terbaring kaku
                Aku tak menyangka bahwa perjumpaan beberapa hari sebelum kematiannya adalah kenangan terakhir untu diriku. Setelah aku mendapat konfirmasi kematiannya maka aku bertanya tentang sebab peristiwa itu. Kabarnya Buyut di tembak oknum polisi tepat di jantung kiri setelah sebelumnya saling betegang leher. Namun ada juga yang menyatakan bahwa sebelumnya telah terjadi petengkaran hebat antara  keduanya dan juga beberapa teman Buyut yang berada di situ. Berita tentang kematian buyut dimuat dalam media massa. Hampir dua minggu media didominasi oleh berita kontroversi kematiannya.
                Setelah hari mulai terang aku langsung menuju TKP untuk memastikan semuanya. Buyut dikuburkan pada hari ketiga setelah kematiannya. Sebagai seorang sahabat aku tak sanggup melepasnya pergi tetapi apa daya. Mungkin dengan ini aku harus mengenang kembali masa lalu bersamanya; canda, tawa, tangis, dan duka. Aku terbeban untuk mengatakan pada dunia bahwa dia adalah seorang sahabat sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar