dari kiri : Gia Partawinata, Lola Amaria, Iswan Sual, Dimas Hary CSP |
Sebuah laporan kegiatan
Jakarta
26 Juni 2012 (sekitar pukul 12.00), saya dan Arif Fachrudin Ahmad (Ketua Umum
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) menuju kantor Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi menemui Reza dan Iwan Dwi Laksono. Sehari sebelumnya saya mengikuti
Seminar Nasional dengan tema Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Dasar Persatuan Nasional
Untuk Merebut Kembali Kedaulatan Bangsa yang diselenggarakan oleh Partai Rakyat
Demokratik (PRD) di hotel sahid Jakarta. Dengan pembicara Sri-Edi Swasono, Agus
Priyono, Yudi Latif dan beberapa pembicara lainnya. Di kantor kementerian ini
saya ditawarkan untuk mengatur acara nonton film bareng di Manado (yang sering
disingkat nobar atau noreng) dan juga diskusi tentang Lesbian, Gay, Biseks,
Trans-seksual/Trans gender (LGBT). Selanjutnya mas Reza memberi saya nomor
kontak Dimas Hary CSP yang bertanggungjawab mengenai roadshow pemutaran film Sanubari
Jakarta. Awalnya saya agak skeptic dengan kegiatan ini oleh karena audiens
harus di atas seratus orang dan waktu mempersiapkan kegiatannya yang singkat;
ditambah lagi situasi kampus yang sementara liburan membuat susah untuk
mengakses teman-teman kampus untuk hadir dalam kegiatan ini. Saya sempat
mengeluh ke mas Arif kalau saja kegiatannya dibuat di Tondano mungkin akan
lebih gampang mengaturnya.
Sekitar
pukul 15.00, saya bersama Jens Batara (Ketua LMND Makasar), dan Moelyadi (Ketua
LMND Jawa Timur) dari Tebet (Jakarta Selatan) menuju Bandara Soekarno-Hatta. Di
bandara kami sempat mendapati kawan Zimon (anggota LMND Kupang) yang bermasalah
karena terlambat check in. tetapi kemudian dengan bantuan
negosiasi dari kawan yadi maka akhirnya mendapat solusi. Saya kembali ke Manado
dengan nomor penerbangan JT 770 LION AIR
dan tiba sekitar pukul 24.00. Setelah menunggu sekitar setengah jam saya
kemudian dijemput oleh Satriano Pangkey dan kami mencari tempat makan sekaligus
saya mendiskusikan kegiatan nonton bareng itu dengannya. Malam itu saya menginap
di rumahnya di Jln. Sea Malalayang.
Hari
berikutnya saya berangkat ke kampus (FBS UNIMA) untuk menemui beberapa
organisasi untuk diajak dalam kegiatan ini. Tetapi karena situasi kampus yang
lagi libur maka saya hanya bisa menemui beberapa orang saja yaitu Gempita
Tamaka (Ketua DPM FBS Unima), Kerfil Umboh (Presiden Teater Ungu), dan Okthavia
Gontha. Kami mendiskusikan tentang kegiatan ini di RM. Parakletos Tomohon dan
akhirnya menyusun format acara dengan menyisipkan launching novel dalam
acaranya. Pertimbangannya untuk mencapai audiens di atas seratus orang maka
diperlukan acara yang menarik dan diminati; kebudayaan Minahasa kebetulan
sangat marak dan menjadi focus para budayawan, aktifvis, dan juga politikus.
Kemudian saya berangkat ke desa Tondei untuk mengkonfirmasi Iswan Sual yang
sementara aktif menulis novel yang berkaitan dengan Gerakan Sastra Minahasa.
Karyanya sudah sekitar dua puluh lebih yang terdiri dari kumpulan puisi,
cerpen, dan novel; tetapi dia memilih novel Tinondeian sebagai karya pertama
yang akan diterbitkan.
Selanjutnya
saya menemui Abdurrahman (Ketua KAMMI cabang Tondano) untuk membantu kegiatan
ini dengan mengundang semua elemen mahasiswa di Tondano baik intra maupun
ekstra dalam kegiatan ini. Masalah pembuatan undangan dan id card saya serahkan
pada Valentine Sumanti, Kerfil Umboh, Okthavia Gontha, dan Novinda Frandiani
Manangkot. Sementara yang bertanggung jawab untuk undangan di wilayah kota
Manado serta sponsor dan pemberitaan adalah Diena Mongdong dan Satriano
Pangkey. Karena bertepatan dengan Piala Euro maka banyak tempat telah di-booking untuk noreng sehingga sangat
sulit menemukan tempat. Maka dengan usulan Diena saya menghubungi Primy Siso
(mantan Ketua S.S Tolu FBS UNIMA) dan kemudia sepakat menjadikan kafe-nya
sebagai tempat kegiatan.
04
Juli 2012 (sekitar pukul 09.00), saya dan Jonathan Worotidjan dengan
menggunakan mobil avanza new menuju Bandara Samratulangi untuk menjemput Dimas
Hary CSP, Gia Partawinata, dan Lola Amaria. Setelah beberapa jam menunggu oleh
karena waktu penerbangan pesawat delay
akhirnya mereka tiba dan kami mengantarkan mereka ke hotel Formosa. Paginya
Nathan dan Yano menemani Tim Film Sanubari Jakarta ini ke Tomohon untuk
memotret beberapa pemandangan. Sekitar pukul 17.30 acara dimulai – Okthavia Gontha
sebagai MC – dan diawali dengan launching
novel Tinondean karya Iswan Sual.
Acara ini dipandu oleh Primy Siso dan fasilitatornya Iswan Sual (penulis) serta
Fredy Wowor (Budayawan Minahasa). Acara dilanjutkan dengan pementasan Teater
Ungu yang berjudul Anima (sebuah naskah x-perimental karya Iswadi Sual).
Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film sanubari Jakarta dan diskusi yang
difasilitasi oleh Lola Amaria (produser,sutradara, aktris), Gia Partawinata
(aktor), dan Dimas Hary CSP (aktor).
Acara
ini dihadiri oleh pimpinan Yayasan
Pelita Kasih Abadi, Kamizama, S.S Tolu (FBS UNIMA), S.S Karema (FIS UNIMA),
PMII cabang Tondano, Mawale Mouvement (diwakili oleh Sofyan Jimmy Yosadi), GWL
Kawanua, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar