halo aci!

halo aci!
Teater Ungu

Selasa, 30 Desember 2014

SKUBI, MESIAS, DAN MALAIKAT MAUT

 (Peristiwa dalam suasana natal)
           
Godel
Pagi itu aku terbangun dari kemabukan. Aku menuju depan rumah dan melihat di sekitar yang basah karena hujan semalam. Seekor anjing berwarna antara oranye dan merah keluar dari rumput-rumputan. Anjing itu kebasahan; kurus dan menggigil kedinginan. Ini desember tetapi aura Natal belum terasa ataukah orang mulai jenuh dengan perayaan tahunan ini. Natal yang dirayakan karena kelahiran seorang bernama Yesus yang membawa ajaran tentang kasih dan damai adalah sebuah momen penting dalam sejarah dunia. Oleh karena berabad-abad manusia selalu dihantui oleh peperangan, kekejian, dan kebrutalan antar sesama manusia. Yesus yang sering juga disebut raja damai adalah pionir yang mengutamakan kasih dalam perjuangan sosial. Kelahiran Yesus amat sangat penting dalam menentukan sejarah dunia kemudian. Walaupun kelak orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya telah banyak mendistorsi ajaran-ajarannya. Kristus, akar kata Kristen, menjadi cemar dalam wacana-wacana Islam sebagai agama yang bermusuhan karena memiliki sejarah perang yang panjang.
            Dari atas rumah aku spontan memanggil anjing itu dengan nama Skubi. Dia melihat ke atas dan menjulurkan lidahnya beberapa kali. Aku turun melalui tangga dan bertemu dengannya di bawah. Pertemuan pertama itu begitu akrab padahal anjing biasanya tidak suka dengan orang yang baru dikenalnya. Aku mengelus kepalanya dan dia terus menjulurkan lidahnya berusaha menjilati wajahku. Aku tersenyum. Siki, Sinyo, dan Marpa yang mengetahui keberadaan anjing lain turun dengan cepat dan berusaha menggigit Skubi. Mungkin anjing itu punya nama lain tetapi aku saja yang telah member nama baru da tampaknya dia senang. Mereka menggonggong dengan keras dan terus berusaha menyelip untuk menggigit Skubi tapi aku terus menghalanginya. Aku memang akrab dengan anjing-anjingku jadi aku tahu mereka cemburu jika aku menyayangi anjing yang lain atau juga mereka khawatir jika ada anjing yang baru maka jatah makan mereka berkurang. Aku pikir Skubi terjebak hujan semalam sehingga aku kemudian menyuruhnya pulang ke rumahnya tetapi tampaknya dia enggan. Dia terus saja mengajakku bermain dan berputar-putar menggelilingi rumah. Anjing memang biasanya mengeksplorasi tempat yang yang baru; mencium bau atau meninggalkan tanda-tanda. Aku khawatir kalau Skubi ternyata mengidap rabies dan membahayakan orang-orang di sekitar. Oleh karena ekornya selalu diselipkan di antara selangkangannya. Tubuhnya kurus serta aku mendapati anjing itu memiliki kudis atau krisen (krisyeng) yaitu semacam penyakit gatal-gatal pada anjing yang disebabkan oleh kutu atau makanan tertentu. Jika kata Kristen diucapkan secara samar maka akan terdengar seperti krisen. Bisa saja Kristen dan krisen sekarang identik karena kebobrokan institusi dan perilaku yang tidak lagi mencerminkan citra kristus.
            Aku ingin mengusir saja anjing itu atau memukulnya sehingga dia lari pulang ke rumahnya. Tetapi sempat beberapa kali aku merenung jika Yesus datang dan terlahir kembali sebagai anjing krisyeng dan meminta pengasihan apa kita akan menerima, merawat, dan memberinya makan minum. Bisa saja Skubi adalah mesias yang datang untuk menguji imanku. Kedatangan Yesus yang kedua kali (The second coming) adalah sesuatu yang misterius. Kita tidak bias memastikan wujudnya seperti apa karena entah dia datang dengan kemegahan atau kemelaratan untuk melihat apakah umatnya akan menerima dia sesuai dengan ajarannya tentang cinta kasih kepada sesama. Aku tersadar karena berpikir yang macam-macam. Ku biarkan saja anjing itu dan berharap dia akan pulang dengan sendirinya ketika dia mulai bosan karena dikejar dan berusaha digigit oleh anjing-anjing pemilik rumah.
            Hampir 2 hari Skubi belum juga pulang ke rumahnya dan terus saja berseteru dengan anjing-anjingku. Aku mulai lebih kasihan karena anjing itu belum makan apa-apa dan kelihatannya dia sangat lapar. Aku membuat makanan anjing dan seperti yang aku pikirkan bahwa jatah makan untuk anjing-anjingku akan dikurangi untuk Skubi. Siki nampaknya sangat marah sekali karena jatah makanannya sudah berkurang dan sama juga seperti Sinyo. Aku memberi Skubi jatah makan dan dia tampaknya senang sekali. Tetapi aku mengamati dia tak mampu menalan makanannya dan selalu saja ingin muntah. Aku yakin Skubi dakala’ang; biasanya tulang ikan air tawar penyebabnya. Tulang ikan yang tertancap di kerongkongan akan membuat anjing sulit untuk menela makanan. Hal seperti ini juga terjadi pada manusia khususnya anak-anak. Aku kemudian meminta beberapa teman untuk membantu menahan Skubi agar aku bisa menumpahkan minyak kelapa ke dalam mulutnya. Minyak biasanya menolong jika anjing sakit perut. Aku berharap Skui bias sembuh dan bias makan. Aku berpikir kembali jika saja dia adalah mesias maka akan ku katakan padanya jika aku dihakimi di akhirat nanti bahwa aku pernah menolongnya. Malamnya, temanku berencana merawat Skubi karena dia ingin membawanya pulang ke kampung halamannya. Aku tak tahu apakah dia ingin memelihara Skubi sebagai penyayang anjing atau untuk menjadikannya calon RW; RW adalah makanan dari daging anjing yang diramu dengan rempah-rempah khas masyrakat Minahasa. Tetapi aku juga menyetujui temanku itu untuk merawatnya terlepas dari tujuan yang sempat terbayang itu. Temanku itu membeli susu untuk Skubi tetapi minum pun sangat sulit baginya. Karena khawatir dia tidak akan bertahan lebih lama jika tidak makan dan minum aku berencana membujuk dan memaksanya untuk minum susu itu. Ku pegang badannya tetapi dia memberontak ku coba lagi dan mengarahkannya ke tempat susu itu tapi dengan cepat dia berbalik dan menggigit jari jempolku.
            Aku tersenyum. Darah dari jari jempolku keluar tapi aku tak peduli dengan rasa sakitnya. Aku hanya tersenyum terdiam karena aku tahu jika Skubi adalah anjing yang mengidap rabies berarti aku dalam bahaya. Umumnya orang yag digigit anjing rabies ketika anjing itu mati dan tidak langsung dicegah virusnya maka orang yang digigit itu juga akan mati. Tema natal yang berarti kelahiran tiba-tiba berubah menjadi kematian. Skubi yang awalnya aku anggap mesias kini telah menjadi malaikat maut (The Reaper). Tetapi aku terlalu yakin aku tak bias mati hanya karena gigitan anjing walau rabies sekalipun tetapi jika malaikat maut telah menjelma menjadi Skubi maka apa yang bias dikata; waktuku sudah tiba. Dari pengalaman, dalam jangka waktu tiga hari atau seminggu orang yang digigit anjing rabies akan mati. Jadi aku mulai berpikir bahwa jika Skubi tiba-tiba mati besok atau lusa maka aku harus siap menghadapi kematian. Tapi sebenarnya aku memang selalu siap untuk kematian.
            Besoknya aku mengajak beberapa teman untuk bepergian mengunjungi teman lamaku di Telap. Telap adalah desa yang terletak di pinggiran Danau Tondano dan berbatasan dengan wilayah Kakas. Pagi itu aku masih melihat Skubi masih hidup dan tersenyum saja. Kami pergi dengan sepeda motor yang tidak memenuhi syarat bagi kepolisian tapi buat kami yang terpenting adalah berkendara daripada jalan kaki. Soal kelengkapannya itu urusan polisi saja karena kegunaannya yang terpenting bagi kami. Ketika sampai di rumah teman lamaku kami disuguhi cap tikus (minuman beralkohol khas Minahasa) 4 botol. Ketika sementara minum aku juga sesekali terbayang tentang Skubi dan merasakan nyeri di jari jempolku. Karena mabuk kami tidur di rumah temanku itu dan berencana pulang keesokan paginya. Ketika udara dingin menusuk kami terbangun dan membuat kopi. Kami pulang mengelilingi danau dan melihat pemandangan yang indah dan di balik kegarangan orang Minahasa tersimpan alam yang ramah.
            Ketika kembali pulang beberapa temanku bilang bahwa Skubi telah mati. Mereka menguburkannya di samping rumah. Kemudian mereka mulai mengusulkan, degan sedikit ekspresi khawatir, supaya aku pergi ke dokter supaya mendapat obat pencegah virus rabies. Waktu masih di rumah teman lamaku dia juga mengatakan bahwa cap tikus bisa mencegah virus rabies. Aku tertawa saja mendengar hal itu. Aku mungkin terlalu siap untuk mati sehingga aku tidak panic menghadapinya bahkan aku selalu mencari kematian tapi belum pernah bertemu. Kematian selalu melarikan diri dariku setiap kali aku merasa sudah dekat sekali dengannya. Kematian Skubi tidak menggangguku hari itu karena seperti keyakinanku sejak awal bahwa gigitan anjing tidak bias membunuhku. Ketika bermain dengan anjing-anjingku kadang aku menggigit telinga mereka sampai berteriak kesakitan. Jika aku yang mengidap rabies maka anjing-anjingku yang akan mati.
            ‘Skubi telah mati setelah menggigit jari jempol saya dan kini saya menunggu kematian saya’. Aku meng-up date status (semacam pernyataan atau catatan) di facebook sebagai lelucon karena menurutku sangat menggelikan ketika aku harus mati karena gigitan anjing. Beberapa orang mengomentari status di jejaring sosial itu; ada yang prihatin ada juga yang menganggapnya lelucon saja. Maklum, status soal kematian bukan baru kali ini ku pajang. Aku melihat ada notifikasi di inbox facebook-ku tapi karena aku menggunakan bahasa prancis maka istilah yang digunakan adalah message. Seorang gadis cantik bertanya soal kebenaran apakah aku memang digigit anjing dan aku jawab itu benar terjadi. Awalnya aku anggap dia hanya bertanya sekedar saja tapi dia terus mengusulkan agar aku cepat berkonsultasi dengan dokter. Aku hanya memintanya untuk tenang saja dan meyakinkan dia bahwa aku tak bias mati hanya dengan itu. Dia mendesakku terus dan  ku katakan aku menghargai kekhawatiran itu tetapi dalam chatting  (discussion) yang agak panjang itu aku terus meyakinkannya bahwa tak akan terjadi apa-apa. Tiba-tiba dia memberiku informasi soal ciri-ciri orang yag terkena rabies. Aku membacanya dan menemukan ternyata ada tingkatan penyebaran virusnya. Orang yang terkena virus rabies ada stadiumnya bahkan sampai stadium empat. Aku juga mendapati bahwa pengalaman orang mati selang waktu tiga hari atau seminggu sesudah anjing yang menggigit itu mati tidak mutlak karena kadang virusnya bekerja 40 sampai 50 hari dan bahkan sampai 9 bulan. Sesudah membaca informasi itu semua ciri-ciri dalam stadium itu ku rasakan bersamaan. Ku tutup laptopku dan menikmati penderitaan itu dan berpikir aku akan segera mati. Tetapi dalam menikmati penderitaan itu aku juga sempat membuat lelucon untuk diriku sendiri. Jika aku tidak mati maka yang mungkin terjadi adalah mutasi genetik (mutan) ketika virus rabies menyatu dengan diriku maka aku bisa memiliki penciuman dan pendengaran yang tajam seperti anjing. Anjing bisa mengenali dan membedakan sesuatu lewat penciumannya dan juga bisa mendengarkan bunyi di bawah pendengaran normal manusia. Tetapi bagaimana juga jika aku bersifat dan  berperilaku seperti anjing; buang air sembarang atau bercinta di mana saja. Memikirkan itu aku menertawai diriku sendiri.
            Jika informasi itu benar aku bisa bertahan hidup sampai sebulan bahkan sembilan bulan karena katanya virus rabies dalam tubuh manusia bisa bekerja sangat lama dibandingkan pada anjing. Aku mulai menimbang jika aku mati dalam waktu sebulan maka itu sekitar akhir januari dan awal februari 2015 atau jika sembilan bulan maka itu sekitar bulan oktober, tepat di bulan lahirku. Padahal  aku sudah berencana untuk melakukan beberapa hal dengan teman lamaku. Heven Karisoh mengajakku untuk melakukan beberapa proyek yang menyangkut kesenian; teater, music, dan juga soal sastra. Aku mulai berpikir soal apakah dengan waktu singkat ini semua itu aka terwujud. Tapi aku mulai kembali pada kesadaran bahwa kematian bukan soal untukku. Apa pun yang sudah ku rencanakan akan ku jalani saja. Aku akan mulai mengikuti insting.
            Semua ini sebenarnya berawal pada soal apakah Skubi adalah mesias atau malaikat maut.

SEEKOR ANJING DI ATAS MIMBAR

(sebuah cermin)

Sinyo, Sibu, & Siki
25 Desember, itu adalah hari yang ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus bin Yusuf; Sang Kristus. Umat yang menyebut dirinya Kristen akan memperingati hari ini sebagai hari yang penuh sukacita karena telah lahir juru selamat yang membawa cinta kasih dan perdamaian dunia. Walaupun hari ini pengikut Kristus adalah kumpulan orang dungu dan yang pura-pura dungu. Mereka pura-pura tidak mengetahui bahwa Kristus datang untuk memerangi dosa dan menyelamatkan orang-orang tertindas.
Pagi itu, 25 Desember 2014, umat kristiani telah terkumpul dalam gedung gereja untuk merayakan kelahiran Kristus atau juga disebut Mesias. Semua bangku dan kursi penuh di dalam gereja dan bahkan orang berdesak-desakan di dalamnya. Di luar gedung pun masih banyak orang. Semuanya tercium wangi dan pakaian mereka pun kemilauan. Dompet dan saku mereka berisi jimat-jimat kapitalisme.
Lonceng berbunyi tanda ibadah akan segera dimulai. Para majelis gereja keluar dari ruang persiapan memasuki ruang peribadatan. Salah seorang dari mereka berbicara di pengeras suara.
-          “Jemaat diundang berdiri…. Ibadah natal Yesus Kristus kita pada hari ini akan dipimpin oleh Pdt. Sinyo El Nino, M.Th. Kepada khadim dipersilahkan.”

Jemaat menunggu khadim. Lima menit lewat khadim belum juga muncul di atas mimbar. Semua orang masih terdiam bertanya-tanya dalam pikiran mereka. Nama khadim begitu asing bagi mereka karena biasanya yang memimpin ibadah adalah pendeta  ditugaskan di gereja itu. Tapi mereka berpikir mungkin saja pendeta ini bertugas sebagai kunjungan atau ada pertukaran pelayanan.
            Seekor anjing berwarna hitam bercampur warna oranye kemerah-merahan lengkap dengan pakaian pendeta pemimpin ibadah berdiri di atas mimbar. Sunyi. Suasana tertelan ketidakmungkinan penglihatan. Semua orang tidak sadarkan diri dan mereka tenggelam dalam tanda tanya soal apakah ini nyata atau lelucon ilusi karena euphoria natal.
-          “Aku adalah Kristus. Aku datang untuk menghakimi yang berdosa dan menyelamatkan yang tertindas.”
Anjing itu memecah kesunyian dengan kata-katanya. Orang-orang mulai memandang satu sama lain. Mereka keluar dari pertanyaan dalam diri mereka dan dengan keheranan mulai bertanya kepada orang-orang di sekitarnya apakah ini benar-benar terjadi. Apakah ini nyata? Mungkin ini semacam mimpi kolektif umat kristiani. Kegaduhan dimulai. Mereka mulai sadar bahwa ini memang nyata. Mereka datang ke gedung gereja untuk beribadah memperingati kelahiran Kristus dan seekor anjing tiba-tiba muncul di atas mimbar lengkap dengan pakaian pendeta. Ini adalah kegilaan. Tetapi ada juga yang berpikir ini adalah mujizat. Manusia tidak lagi bisa memediasi kebenaran jadi tuhan menggunakan anjing untuk mengajar manusia. Terjadi perdebatan antar mereka apakah mereka akan menerima anjing itu sebagai juru selamat ataukah ini adalah pekerjaan setan di rumah ibadat.
-          “Bagaimana mungkin?”
-          “Tidak mungkin!”
-          “Seekor anjing datang dan mengaku mesias? Ini penghujatan terhadap roh kudus!”
-          “Seekor anjing tetaplah seekor anjing! Dia tidak boleh menjadi pengajar kita. Apa yang diketahuinya soal kebenaran?”
Kumpulan orang itu mulai menimbang soal kelayakan seekor anjing di atas mimbar. Bagaimana mungkin seekor anjing yang tak beradab, menderita kudis, kutuan, buang air sembarangan, dan bercinta di sembarang tempat, hanya terbiasa dengan tulang dan bukan makanan mewah datang mengaku sebagai Kristus. Sungguh tak mungkin bagi mereka sebagai manusia modern digembalaka oleh seekor anjing. Orang-orang itu maju mendekati mimbar dan berseru-seru supaya anjing itu segera turun.
-          “Aku berkata kepadamu, ada tertulis tidak ada nabi yang diterima di tanahnya sendiri. Kristus datang untuk kedua kali untuk menguji imanmu apakah kau mau menerimanya dalam keadaan apapun.”
Kerumunan orang itu tak menghiraukan kata-kata anjing itu mereka terus maju berdesakan sampai di mimbar. Mereka menangkap anjing itu dan membunuhnya. Kepalanya dipenggal. Dagingnya dibagikan kepada keluarga kristiani yang ikut andil dalam peristiwa itu. Mereka dalam pesta pora memakan daging Kristus dalam wujud anjing.
Sinyo yang datang sebagai Kristus akhirnya menjadi RW. Aku tertawa saja ketika mendengar cerita itu dari salah seorang yang baru pulang dari ibadah yang berakhir ricuh itu. Itu sebabnya aku sudah tak mau ke gereja lagi.

KRISTUS TAK BOLEH LAHIR

(Sebuah cermin)
Pada sore hari 25 Desember 2014 suara sirene polisi terdengar dan kendaraan mereka kebut ke sana ke mari. Aku curiga itu semacam pawai untuk menyambut kelahiran Yesus. Mereka masuk rumah keluar rumah lengkap dengan senjata. Aku pikir itu semacam selamatan natal. Tetapi aku mendengar mereka bertanya dengan suara keras dan memaki-maki, "Setan! Di mana bayi Kristus? Ayo, cepat tunjukkan! Jangan ada yang berani menyembunyikannya. Bayi itu harus dimusnahkan!". Aku dengar penguasa telah membuat surat edaran dan para dewan telah membuat ketetapan agar tak boleh ada yang namanya kristus. Penguasa melarang keras untuk menyembunyikan, menyebarkan, dan mempraktekan ajaran kristus.
Dari desas desus yang aku dengar ada orang yang telah memprediksikan bahwa akan lahir seseorang dengan semangat revolusioner untuk menumpas kekuasaan korup dan kemunafikan dalam agama-agama modern. Sudah tentu mereka yang pro status quo tidak akan membiarkan bayi kristus tumbuh menjadi besar karena itu ancaman bagi kekuasaan.
"Kristus tak boleh lahir. Jika dia lahir kita akan kehilangan jabatan dan kebebasan. Maka dari itu pergilah ke setiap rumah-rumah dan tanyakan apakah ada bayi kristus di situ."
Aku menikmati natal bersama Sinyo, Siki, Marpa, para Usi, seseorang bernama Pitson, dan keramaian dalam percakapan bersama seorang gadis.