halo aci!

halo aci!
Teater Ungu

Rabu, 20 Februari 2013

THE DESCENT OF SUAL (AN UNCOMPLETE THESIS)


 ASAL USUL DAN ARTI VAM SUAL
(sebuah tesis)
Oleh
Iswadi vam Sual
        I.            PENDAHULUAN
Sual-Manangkot
Marga (clan) atau vam[1] adalah garis keturunan yang bisa ditarik dari garis ibu (matrilineal) dan ayah (patrilineal). Penarikan garis keturunan itu bergantung pada konvensi masyarakat untuk menentukan apakah garis keturunan akan ditarik dari ibu atau ayah. Dalam tradisi Cina ada bebarapa hal yang menjadi landasan munculnya marga; dalam Wikipedia disebutkan bahwa ada yang menggunakan lambang-lambang suku-suku kuno, misalnya Ma (kuda), Long (Naga), Shan (gunung), Yun (awan) , menggunakan nama negara, misal: Qi, Lu, Wei, Song , Menggunakan daerah kekuasaan, misal: Zhao, yang mendapatkan daerah kekuasaan di kota Zhao, menggunakan gelar jabatan, misal: Sima (menteri Perang), Situ (menteri tanah dan rakyat), Sikong (menteri PU), menggunakan nama pekerjaan, misal: Tao (keramik), Wu (dukun/tabib), menggunakan tanda dari tempat tinggal, misal: Ximen (gerbang barat), Liu (pohon yangliu), Chi (kolam) asal daerah[2]. Sementara di suku bangsa lainnya marga berfungsi sebagai penanda atau julukan terhadap leluhur. Biasanya itu merupakan keahlian orang yang kemudian dijadikan nama belakang karena masyarakat percaya keturunannya pasti mewarisi keahlian itu. Marga juga berkaitan dengan seksualitas dalam masyarakat beradab untuk menghindari perkawinan antar kerabat (incest) dan ada juga yang menggunakan marga demi menyelamatkan harta warisan dari leluhur (budel).
Dalam masyarakat Minahasa vam baru dikenal 1850 ketika kolonial Belanda bersama para misionaris melakukan pendataan terhadap masyarakat. Oleh karena dulunya orang Minahasa tidak memiliki vam maka untuk memenuhi administrasi mereka menggunakan nama ayah mereka sebagai nama belakang karena pada waktu itu kebanyakan orang minahasa sudah menggunakan nama dari alkitab.  Sementara tradisi Minahasa dalam pemberian nama berkaitan dengan nujuman, obat-obatan, dewa, falsafah adat, tempat yang baik, bunga, sindiran, ejekan, gunung atau faktor lain yang mempengaruhinya[3]. Dalam pergaulan masyarakat Minahasa pemberian julukan bisa terjadi untuk menggantikan nama seseorang secara konvensional. Pemberian julukan ini bisa berkaitan dengan ejekan atau pujian yang berkaitan dengan keahlian seseorang. Tamber adalah panggilan kepada seorang anak yang diserahkan kepada pihak keluarga lain secara cuma-cuma – kata kasarnya perseng[4]. Ada juga pergantian nama oleh karena berkaitan dengan poso/foso  dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, ketika seorang anak sering mengalami sakit dan sekarat maka anak tersebut harus dipanggil buang atau pitong. Ini dalam kepercayaan Minahasa ada makhluk halus yang berusaha merampas jiwa anak-anak sehingga nama anak disamarkan untuk mengecoh makhluk tersebut.
                Vam di Minahasa sekarang diperlakukan sebagai sesuatu yang tak berarti apapun selain sebagai fungsi bahwa seorang anak memiliki ayah. Sementara mengenai arti atau filosofi vam tak lagi dipedulikan dan mungkin tak dianggap penting lagi. Vam sebenarnya berkaitan dengan genetika, jadi jika leluhur kita mempunyai bakat tertentu sehingga dilekatkan padanya maka keturunannya juga mewarisi hal demikian. Walaupun genetika bukan hanya pewarisan sifat dan bentuk secara biologis tetapi bisa juga karena faktor lingkungan. Karena konstruksi individu juga bergantung pada keadaan social.
      II.            BEBERAPA PERSPEKTIF DEFINISI
Sual dalam etimologi Minahasa/Malesung – Indonesia yang ditulis oleh Taulu H; Sual – tt. dari suar = suwar = tinggi mencapai loteng. Sumual berasal dari sumuar = mencapai bagian atas. Sementara Yapi Tambayong dalam Kamus Bahasa dan Budaya Manado memberi arti Sual (fam) sebagai rambut berjambul. Dalam sejarah desa Pontak Sual adalah salah satu tonaas yang meresmikan kampung dengan kecakapan menulis, pandai letak, dan memiliki ingatan yang baik.
Tercatat dalam sejarah desa Pontak  yang ditulis oleh M. F. Lumenta[5], dijelaskan bahwa Sual adalah salah satu tonaas yang meresmikan kampung tersebut karena kecakapannya menulis (ma’patic). Sual sebenarnya berasal dari pinabetengan yang diundang bersama Masinambow untuk sama-sama membantu meresmikan kampung (tumani). Dalam jajaran tonaas di Pontak Sual dikategorikan sebagai tonaas yang pandai letak, cakap menulis, dan memiliki ingatan yang baik. Tetapi ini sangat berbeda dengan versi Arnold Jafet Masinambow dalam bukunya Apo Masinambouw dan Keturunannya yang ditulis tahun 1987. Dia menjelaskan bahwa yang disebut ma’patic adalah Masinambouw tanpa menyinggung keterlibatan Sual dalam meresmikan roong/wanua Pontak. Buku ini memang tidak memuat sejarah Pontak secara komprehensif tetapi lebih condong kepada slagbom atau silsilah keluarga Masinambow.
Uraian di atas tentang Sual memberi tiga perspektif yang berlainan; pertama, Sual didefinisikan sebagai sesuatu dalam konteks ukuran tinggi. Apakah ini berkaitan dengan manusia  yang memiliki fisik bertubuh tinggi atau berkaitan dengan impian atau capaian di masa depan – atau juga berkaitan dengan penyangga langit. Kedua, Sual didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan gaya rambut. Apakah ini berkaitan dengan orang yang menganyam rambut yang dilakukan sebagai gaya pribadi atau berkaitan dengan tradisi mongoloid (Jepang, Cina, dan Mongol). Ketiga, Sual diidentikan dengan keterampilan menulis, pandai letak, dan berkaitan dengan intelegensia (kemampuan mengingat: ingatan). Tampaknya, identifikasi terhadap vam Sual kontradiktif satu sama lain sehingga sulit dipastikan prototipe  dari vam itu sendiri.
    III.            URAIAN TENTANG RELASI
a.       Relasi morfologis (morphology relation)
Ada tiga vam yang memiliki kemiripan yang lebih yaitu sual, sualang, dan sumual. Dari ciri-ciri morfologis,  sual adalah kata dasar sementara sualang dan sumual adalah variasi morfologis dari kata itu. Jadi, Sual memiliki relasi morfologis dengan Sualang dan Sumual. Biasanya kata yang mendapat sisipan um dalam bahasa Minahasa adalah kata kerja imperatif misalnya dalam kata saru menjadi sumaru. Begitu juga dengan akhiran -ang/-eng seperti dalam kata pokol menjadi pokolang/pokoleng. Jika Sual adalah kata dasar maka Sumual dan Sualang adalah  variasi morfologis yang mendapat sisipan (infix) -um dan akhiran (suffix) –ang yang memiliki makna  sebagai kata kerja.
VAM DALAM BENTUK DASAR




Sual
Sumual
Sualang


Pangkey
Mamangkey/Mangkey
Manengkey
Pandey
Sengkey
Untu
Waworuntu/Woworuntu*
Paruntu
Runtu/Runtuwene
Muntu
Langi
Walalangi/Wantalangi 
Kalangi
Sulangi
Langitan
Pele
Makapele
Limpele*
Pelealu
Kapele
Lendo
Lendongan



Iroth
 Giroth
Lalogiroth


Kewas
Lumingkewas
Lintjewas


Oroh
Koroh



Sampow
Sumampow
Lumapow


Lensun
Mailensun



Londa
Malonda



Lengkong
Kalengkongan



Ngantung
Rantung/Raintung
Pongantung


Pontoh
Pinontoaan
Lontoh


Antow
Pantow
Lumantow
Tumilantow
Pomantow
Rambi
Rambitan
Runturambi*


Sajow
Sumajow
Porajow
Pajow

Mengko
Mamengko



Gerung
Gerungan
Merung


Rengkuan
Parengkuan



Sondakh
Sumondakh



Tampi
Tampinongkol  



Langkay
Mailangkay



Tamba
Tambayong
Tambaani
Tambanua
Tambariki
Tico
Ticoalu



Tulong
Dotulong



Eman
Pangemanan








*vam di minahasa ada yang merupakan gabungan dari dua vam misalnya Wowor + Runtu, Lim + Pele, Ratu + Langi, Ratu + Liu, Roring + Pandey (Rorimpandey)[6], Runtu + Rambi, dll. Penetrasi orang Tionghoa di Minahasa juga berpengaruh dalam vam; Lim adalah marga Cina yang digabungkan dengan vam Minahasa yaitu Pele. Oping dan Liu adalah salah satu marga Cina yang sampai hari ini telah menjadi  vam pribumi. Begitu juga dengan vam Belanda yang di Minahasa seperti Jacob dan Paat.

b.      Pertalian darah (blood relation)
Ketika mempertanyakan tentang asal usul vam Sual maka para orang tua menceritakan bahwa Sual berasal dari Sondakh. Sual adalah anak dari Sondakh yang bermigrasi ke  desa Pontak. Sementara ada yang lain mengatakan bahwa Sual berasal dari Sondakh – ada juga yang mengatakan dari Sumangkut - yang merajut dan memisahkan diri membentuk garis keturunan baru. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh pembagian harta warisan. Perselisihan dalam keluarga bisa memicu salah satu anggota keluarga memisahkan diri dan memakai vam lain yang dibuat sendiri. Seperti pengakuan dari salah satu orang vam Palapa yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya berasal dari Kawengian.
Jika perselisihan merupakan akar terciptanya vam baru maka dapat pula dikatakan bahwa Sumual dan Sualang mempunyai pertalian darah dengan Sual dan bukan hanya karena relasi morfologis. Hal yang sama juga terjadi dalam vam Ratulangi yang terpisah menjadi Tulangi, Ratu, dan Langi; Reget terpisah dan muncul Rineget; Rondor terpisah dan muncul Rumondor; dan Sampou terpisah dan muncul Sumampou[7].
    IV.            PENYEBARAN GEOGRAFIS DAN RELASI HISTORIS
Sual pada mulanya berasal dari pinabetengan dan berkembang di desa Pontak dan menyebar ke desa-desa lain. Vam Sual yang ada di desa Tondei mengakui bahwa mereka berasal dari desa Pontak dan dalam sejarah Pontak vam Sual berasal dari pinabetengan. Tetapi di daerah pinabetengan jarang bahkan sulit menemukan vam Sual. Di Tompaso Lama (Sendangan) hanya Drs. R. A. Ventje Sual mantan staf urusan keuangan negara Permesta yang sempat terdeteksi pernah tinggal di sana. Sementara di desa Tondei dan Pontak vam Sual merupakan keluarga besar. Keluarga ini identik dengan mistik (ma’wentel) yang digunakan untuk medical-mystic atau untuk berperang. Ini harus dibedakan dengan apa yang disebut dengan ma’diara; sebuah praktik mistik untuk mencelakai orang lain.
Tetapi hari ini vam Sual dengan bantuan jejaring sosial facebook ternyata juga terdapat di Filipina dan Turki. Apakah ini hanya kebetulan belaka belum bisa dipastikan tapi untuk Filipina ada relasi historis dengan Minahasa. Dalam buku Sejarah Minahasa karya B. Supit[8] diterangkan bahwa pada akhir abad ke-17 ketika terjadi perang antara Bolaang Mongondow dan para ukung di Minahasa ada suatu tempat yang disebut Mawale. Tempat ini adalah tempat persinggahan para waraney (prajurit Minahasa) dan sempat menjadi pemukiman. Ketika Mawale dijadikan tempat pemukiman tetap terjadilah musibah di tempat itu yang yang diakibatkan oleh sesuatu yang disebut reges lewo[9] (angin jaha) yang menimbulkan berbagai penyakit. Di samping itu ada juga gangguan terhadap masyarakat oleh orang-orang yang berasal dari Mangindanou. Mereka menculik orang-orang di Mawale untuk dijadikan budak di Filipina.
Di Provinsi Pangasinan Filipina pun ada kota bernama Sual walaupun jauh dari Mindanao[10] yang terdapat masyarakat bermarga Sual. Ketika penulis berkomunikasi dengan pengguna facebook bernama Melanie Azarcon Sual [11] (dan juga beberapa yang lainnya)di Filipina dia tidak tahu menahu tentang arti Sual dan juga tak tahu apakah ada relasi dengan Sual yang ada di Minahasa. Tetapi dalam sejarah Minahasa tercatat bahwa pernah ada relasi historis antara Spanyol, Mangindano (Mindanao-Filipina), dan Minahasa. Filipina adalah negara bekas jajahan Spanyol yang dimulai pada abad ke-16; negara ini diberi nama sesuai raja Spanyol waktu itu; Raja Philip.
      V.            HIPOTESIS
Ada beberapa kesimpulan sementara dari kumpulan fakta yang didapat
·         Adanya hubungan darah  antara vam yang memiliki keserupaan morfologis.
·         Adanya hubungan antara Sual di Filipina dan Sual di Minahasa.
·         Sual itu berasal dari Filipina karena penetrasi pelaut dari Mangindanao.
·         Sual asli Minahasa yang diculik oleh orang Mangindanao yang di bawah ke Filipina.
    VI.            KENDALA DAN KELEMAHAN TULISAN INI
Perlu diakui bahwa kurangnya referensi buku sangat mempengaruhi tulisan ini dan adapun referensi yang tersedia tetapi penulis masih memiliki skeptivisme terhadap tulisan-tulisan terdahulu. Dalam tulisan ini pun ada referensi yang didapat secara lisan tetapi hanya diambil dari percakapan informal yang bersifak kebetulan. Sumber dari Filipina pun hanyalah orang yang tidak berlatar belakang budayawan ataupun sejarahwan sehingga informasi yang didapat begitu miskin. Biaya dan fasilitas pun sangat mempengaruhi penggarapan tulisan ini jadi fakta-fakta yang dikumpulkan disesuaikan dengan kemampuan penulis secara finansial.
Definisi tentang Sual yang diberikan dalam beberapa buku nampaknya bersifat spekulatif dan hanya didasarkan pada denotasi kata. Ini juga sama seperti apa yang dilakukan pada pendefinisian terhadap beberapa nama kampung di tanah Toar-Lumimuut. Tidak adanya kaitan historis (ataupun filosofis) antara kata dan definisi membuat tulisan-tulisan terdahulu menjadi sangat diragukan.
Tulisan ini pun hanyalah mosaik dari fakta-fakta yang dikumpulkan dan sedikitnya memiliki sifat spekulatif. Ini memang semata karena kekurangan sumber tulisan maupun tulisan yang dianggap benar-benar valid secara ilmiah. Tetapi yang sangat diharapkan adalah proses dialogis dengan para pembaca dapat menjadi pemicu adanya usulan dan informasi berkaitan dengan tulisan ini.


[1] Kata vam yang digunakan suku Minahasa mungkin lebih dekat dengan van yang digunakan Belanda untuk nama belakang. Seperti orang-orang Timur Tengah pun menggunakan kata bin/binti untuk menunjukkan nama belakang. Kata van dan bin memiliki arti ‘anak dari/turunan’. Misalnya Arnold van Peursen berarti Arnold anak dari/turunan Peursen atau Osama bin Laden yang berarti Osama anak dari/turunan Laden (nama sebenarnya adalah Usamah bin Muhammad Awad bin Ladin).
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Tionghoa
[3] Taulu, H. M. Etymology Malesung/Minahasa – Indonesia. Yaitu: Arti, Sejarah Terciptanya Nujuman, Nama-nama Keluarga/ Fam Minahasa (Tontemboan, Tombulu, Tonsea, dan Toulour) ditelaah menurut kamus-kamus. Yayasan Budaya Membangun. Manado. 1980
[4] Digunakan untuk hewan.
[5] M. F. Lumenta, Sekilas Sejarah Desa Pontak dan Perkembangannya. 1989

[6] Terjadi proses nasalisasi.
[7] Ibidem.
[8] Bujung-Moningka, Ny. A. J. Sejarah Desa Tondei: Keadaan sampai tahun 1989. KSMT & STMS. Tondei. 2012.
[9] Menurut penuturan orang tua bahwa reges lewo juga menyebabkan kematian bayi dan penyakit berbahaya lainnya. Reges lewo sebenarnya lebih berkaitan dengan dunia mistik yaitu kepercayaan aka nada intervensi roh halus terhadap kehidupan manusia.
[10] Orang minahasa menyebut Mangindanou; mungkin ini pengaruh perbedaan dialek sehingga orang minahasa menyebutnya demikian.
[11]Inilah keterangan dari orang bersangkutan via facebook : (I am Melanie Azarcon Sual. I born Aug. 04, 1980 at Brgy. Tapi cantilan, Sirigao del sur. (MINDANAO) Philippines. I am eldest great grandchild of late Porocio Uriarte Sual died at age of 93 last 2000. I am a eldest  granddaughter  of Mr. Maximo Uriarte Sual and late Mrs. Francisca Laorden Pecasales. My father is eldest son among of his seven sibling. My father name is DOMINADOR PECASALES SUAL. Born May 28, 1963 and died last Nov. 04, 1988 at age of 28 yrs old due by homicide. My mother name is DIONESIA GUERTA AZARCON born March 6, 1964. I have 3 sibling. Here their names. ARIEL JOAN JOSEPH AZARCON SUAL born January 7, 1985. AILANE SUAL BALEROS born July 6, 1987.  MYLENE AZARCON SUAL born April 28, 1989. My father sibling. LUDIVINA SUAL OROSCO, LULINDA SUAL SARMIENTO, MILA SUAL RAVECHO, VILMA PECASALES SUAL, MARIBEL PECASALES SUAL, MARISA SUAL KHANZADA, MAXIMO PECASALES SUAL and ARIEL PECASALES SUAL.) Di Filipina nama seseorang terdiri atas tiga bagian; nama panggilan, nama depan, nama tengah, dan nama belakang. Nama depan adalah nama yang diberikan untuk orang tersebut, nama tengah berasal dari nama belakang ibu, dan  nama belakang berasal dari nama belakang ayah. Contoh, Melanie (nama diri) Azarcon (nama belakang ibu) Sual (nama belakang ayah); lhotlhot (nama panggilan). Anak perempuan yang sudah menikah akan menggunakan nama belakang suami sebagai nama belakangnya.